Malinau (ANTARA) - Sejumlah kawasan di Kalimantan Utara termasuk dalam daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), bahkan ada yang tergolong terisolir atau hanya efektif dijangkau via penerbangan perintis.
Ada juga desa yang bisa dijangkau lewat sungai dan darat namun butuh tenaga, waktu dan biaya karena letaknya jauh di pedalaman misalnya Long Pada, Data Dian, Long Alango dan Apuping, Long Jalan Kabupaten Malinau.
Daerah-daerah ini sulit terjangkau karena berada di jantung Pulau Kalimantan serta medan yang berat misalnya harus melayari sungai jeram berbahaya.
Perjalanan Long Pada dari Malinau (Ibu Kota Kabupaten Malinau) butuh sekitar enam jam dalam kondisi normal atau tidak dalam musim hujan.
Jika melakukan perjalanan musim hujan, maka bersiaplah menghadapi tantangan alam, misalnya jalan terputus karena batang pohon ebah, longsor atau banjir.
Menuju desa ini harus melintasi sejumlah sungai tanpa jembatan, sehingga harus ketika air naik, otomatis juga tidak bisa melintas.
Melintasi kawasan itu wajib menggunakan mobil gardan ganda (four wheel drive/4WD) untuk meluncur di jalan "off road" milik perusahaan pemegang konsesi hak pengusahaan hutan.
Perjalanan darat ke Long Pada itu baru terbuka 2015, sebelumnya harus lewat sungai menggunakan perahu bermotor kecil (ketinting) yang medannya juga tidak ramah karena melintasi jeram.
Demikian juga Desa Data Dian yang berjarak --secara garis lurus-- 375 km dari Malinau itu hanya efektif melalui udara. Meskipun juga bisa melalui jalur darat dengan tantangan yang jauh lebih berat dari rute Long Pada.
Rute udara menggunakan pesawat jenis Pilatus dengan kapasitas enam orang selama satu jam dari Kota Malinau.
Melalui jalur darat, bisa juga dijangkau dari wilayah Kaltim, yakni dari Kota Samarinda menuju Sungai Boh-Long Bagun di daerah Mahakam Hulu hingga masuk pedalaman Kaltara dengan bertualang menggunakan mobil lapangan melintasi dataran tinggi Apau Kayan.
Waktu tempuh untuk rute ini sifatnya tentatif --bisa satu minggu bahkan bisa 10 hari-- tergantung cuaca dan kondisi jalan poros long bagun-data dian yang belum ada pengerasan
Sebagian kawasan yang dilalui memang rimba belantara dikenal sebagai "Heart of Borneo" (HoB) atau jantung Borneo seluas 22 juta Ha atau 220.000 kilometer persegi.
Inisiatif HoB secara formal dideklarasikan oleh tiga pemerintah Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia pada 12 Februari 2007.
Ini adalah merupakan program konservasi dan pembangunan berkelanjutan di dataran tinggi wilayah Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia hingga dataran rendah Brunei.
Baca juga: Data Dian sukses miliki aplikasi database online, desa lain di pedalaman berminat
Baca juga: Syukuran dan sosialisasi aplikasi "datebase" informasi desa Data Dian
Secara bertahap dientaskan
Meskipun umumnya desa di pedalaman Kaltara masuk 3T bahkan ada yang tergolong desa terisolir atau hanya efektif dijangkau melalui penerbangan perintis namun dari sisi teknologi informsi kini warga di sana secara bertahap dientaskan dari masalah isolasi daerah.
Tercatat sejumlah daerah pedalaman Malinau memiliki program aplikasi yang dinamai PRM-AID (Potensi Ruang Mikro Aplikasi Informasi Desa) yang disatukan dengan website desa (web desa), dengan cara mendaftarkan aplikasi ini ke Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia.
Hingga desa-desa yang memiliki aplikasi ini memiliki domain desa.id.
PRMAID merupakan perpaduan antara sistem pendataan yang sudah terkomputerisasi, dengan Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) dan portal informasi berbasis website.
Web desa ini bukan sekedar wadah sistem data base berisi informasi kondisi serta potensi sosial dan spasial desa, serta surat-menyurat desa.
Namun juga sumber media informasi berbagai berita tentang kejadian di pedalaman daerah pedalaman.
Misalnya, berita "viral" tersiar dari website milik Desa Peda, Desa Long Pada, Kecamatan Sungai Tubu, Kabupaten Malinau tentang musibah banjir yang menghanyutkan beberapa rumah pada kawasan pedalaman yang berjarak ratusan kilometer dari Tanjung Selor, ibu kota Provinsi Kalimantan Utara pada awal Mei 2022.
Lihatlah, sebuah rumah kayu berkelir biru hanyut tersapu banjir besar seperti diwartakan di: https://longpada.desa.id/first/artikel/2022/5/4/bencana-alambanjir-di-desa-long-pada
Selain Long Pada, maka desa lain yang sudah "online" antara lain Long Jalan di Kecamatan Malinau Selatan Hulu. Ada juga Desa Data Dian Kayan Hilir, Long Alango dan Apuping di Kecamatan Bahau Hulu, ketiga desa ini masuk wilayah yang perbatasan.
Website di pedalaman dan perbatasan Kaltara itu antara lain, yakni datadian.desa.id, longalango.desa.id, apauping.desa.id, dan longjalan.desa.id yang sudah online sejak April 2022, dan longjalan.desa.id online Mei 2022, sedangkan Desa Long Pada sudah ada sekitar akhir 2021.
Keberadaan jaringan internet di pedalaman dan perbatasan hasil kerja sama Telkom dengan Kominfo melalui program Bakti Aksi. Ada juga dukungan internet melalui provider Indosat di Desa Long Jalan Kecamatan Malinau Selatan Hulu.
Baca juga: Upaya tingkatkan kesejahteraan Kaltara, "sulap" limbah gaharu jadi "cuan"
Baca juga: Tingkatkan penghasilan masyarakat, KUPS Desa Long Pada olah limbah gaharu jadi "cuan"
Hasil menggembirakan
Keberhasilan menjalankan web desa dan aplikasi PRM-AID itu berkat inisiatif Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi dengan berbagai dukungan, termasuk pemerintah tentunya.
Sedangkan keberadaan website desa, termasuk pelatihan bagi para pengelola berkat dukungan tim konsersium, yakni KKI Warsi bekerja sama LSM lokal LP3M (Lembaga Pemerhati dan Pemberdayaan Masyarakat Dayak) Punan Malinau dan TFCA-Kalimantan (Tropical Forest Conservation Act Kalimantan).
Furwoko, Koordinator Program KKI Warsi menyampaikan setahun lebih berproses, program aplikasi PRM-AIS di Data Dian memperlihatkan hasil yang menggembirakan.
Saat ini, KKI Warsi terus mengembangkan aplikasi serupa di sejumlah desa. yaitu di Desa Long Lake, Nahakramu Baru dan Metut di Kecamatan Malinau Selatan Hulu. Rencananya ke depan, aplikasi ini juga dikembangkan di banyak desa lainnya.
Di Kecamatan Kayan Hilir misalnya. Desa Metun dan Sai Anai juga berharap dikembangkan aplikasi serupa.
Direncanakan tahun-tahun mendatang kegiatan serupa juga bisa dikembangkan Kecamatan Sungai Boh, Kayan Selaian, dan Kayan Hulu.
Baca juga: TELAAH - Perhutanan Sosial, asa kesejahteraan masyarakat pedalaman Kaltara dengan kelestarian alam
Baca juga: Tujuh KUPS desa Kaltara ikuti pelatihan peningkatan inovasi produk rotan
Manfaat bagi Desa
Pengembangan data base PRM AID yang juga berfungsi sebagai sistem informasi desa sudah bisa disebut rampung dan sudah bisa dimanfaatkan pemerintah desa dan juga diakses publik sebagai sumber informasi desa.
Makna strategis web desa dan aplikasi PRM AID ini tergambar dari pengakuan Trim Ifung, Kepala Desa Data Dian karena dulu sulit membantu administrasi anak-anak setempat saat berada di daerah lain untuk melanjutkan pendidikan mereka.
Ada kalanya anak-anak ini membutuhkan surat keterangan, semisal surat keterangan domisili namun dengan aplikasi ini, permintaan itu menjadi lebih mudah dan cepat.
Aplikasi PRM AID adalah aplikasi sistem informasi yang berisikan database, berupa data spasial, sosial dan layanan administrasi desa.
Data yang ditampilkan dalam aplikasi ini berupa data sosial masyarakat desa berupa kependudukan, aset, struktur kelembagaan pemerintah desa, sarana dan prasarana yang ada di desa.
Selain itu, aplikasi ini juga memuat informasi spasial yang ditampilkan dalam bentuk "webgis" berupa keruangan desa. Guna memudahkan administrasi desa, aplikasi ini juga dilengkapi dengan fitur surat menyurat desa.
Dengan alamat www.datadian.desa.id. Aplikasi yang dikembangkan ini dalam tampilannya dibagi dua, yakni ada data yang bisa diakses publik yang menampilkan data statistik desa serta informasi desa.
Sedangkan data detail tentang desa hanya bisa diakses oleh pengelola aplikasi yang ditunjuk oleh desa.
Minggu lalu, ada petugas PLN yang sedang survey untuk penyambungan arus listrik dari Long Nawang Ke Data Dian. Long Nawang adalah Ibukota Kecamatan Kayan Hulu. Di Kecamatan Kayan Hulu sudah mendapat aliran listrik PLN yang bersumber dari Kota Samarinda. Survei PLN ke Data Dian dilakukan untuk memungkinkan menarik listrik ke Data Dian.
Selama ini Data Dian listriknya dipenuhi dengan menggunakan mesin diesel, dan panel surya yang kapasitasnya sangat terbatas.
Hal ini menyebabkan sebagian rumah di Data Dian hanya bisa menikmati listrik untuk penerangan lima jam dalam sehari.
Untuk menyambung listrik ke desa yang di huni oleh Suku Kayan dengan populasi 420 jiwa ini, dibutuhkan data kependudukan.
“Waktu petugas PLN datang dan tanya data kependudukan, saya tinggal kontak operator PRM, sebentar saja, data sudah dikirim ke saya dan bisa diserahkan ke petugas PLN,”kata Trim Ifung.
Coba bayangkan kalau datanya masih berupa database kertas yang mesti di bongkar lagi arsipnya dan harus diperbanyak.
“Akan butuh waktu panjang menyajikan data, kini dalam satu ketukan kita bisa dapatkan data yang sesuai dengan kondisi di masyarakat,”kata Trim.
Baca juga: Kaltara berhasil rampungkan pembuatan "roadmap" perhutanan sosial
Baca juga: Kaltara berhasil rampungkan pembuatan "roadmap" perhutanan sosial
Tidak lagi "terisolir"
Camat Kayan Hilir Robet Kristian Alber menyebutkan penting bagi setiap desa untuk memiliki sistem informasi desa atau aplikasi PRM AID.
Aplikasi tersebut sejalan dengan sistem Informasi desa yang diamanatkan UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.
Tujuan sistem informasi desa itu adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan administrasi kependudukan.
Selain itu, Camat Kayan Hilir Robet Kristian Alber mengutarakan hal terpenting dalam mengembangkan informasi desa adalah transparansi penyelenggaraan pemerintah yang akuntabel dan dapat diakses publik.
Robet mengapresiasi kegiatan Warsi dan berharap sistem informasi desa ini bisa saling terhubung dan menjadi satu rangkaian dengan website kecamatan yang saat ini juga sedang berproses.
Harapannya agar data informasi yang ada di website kecamatan bersumber dari sistem informasi desa sehingga data-data kependudukan misalnya saling terintegrasi.
Hal lain tak kalah pentingnya, web site resmi desa sehingga juga menjadi wadah untuk mempromosikan produk unggulan desa.
Misalnya, Desa Data Dian memiliki potensi madu sangat melimpah. Ketika musim panen tiba, potensinya mencapai 1,5 ton per musim.
Di desa-desa lainnya seperti Apauping punya kekayaan alam yang luar biasa, seperti Long Tuha, lapangan penggembalaan banteng yang menjadi ikon ekowisata minat khusus Apauping.
Di Long Alango terdapat kearifan lokal berupa pengawetan sumber daya alam dalam bentuk Tanah Ulen.
“Potensi-potensi inilah yang bisa dikembangkan dan kemudian dipromosikan melalui website resmi desa,”kata Furwoko.
Keberhasilan Data Dian dalam mengentaskan isolasi daerahnya --meski sementara ini bukan dalam arti fisik atau tersedia infrastruktur perhubungan darat yang refrensitatif-- membuat desa tetangganya, Desa Sai Anai dan Metun, juga tertarik untuk memiliki website desa, dan meminta Warsi juga bisa memfasilitasi desa mereka.
Kedua Desa yang berada di hulu Sungai Kayan itu juga memiliki potensi alam yang kompetitif seperti milik Data Dian.
Namun, dua desa ini belum memiliki sistem informasi desa modern, sehingga layanan sistem kependudukan masih dilakukan secara manual dan tidak bisa mempromosikan potensi daerahnya melalui web.
Kepala Desa Sai Anai, Yardi Lasa menyatakan minat agar Warsi dan pemerintah segera membantu mereka memiliki web desa dan aplikasi PRM-AID untuk segera "menjual" berbagai potensi desanya secara online.
Adanya web desa, meskipun secara fisik sejumlah desa di pedalaman Kaltara masih tertinggal dalam ketersediaan infrastruktur pembangunan namun kini tidak "terisolir" lagi dalam menjalankan roda pemerintahan serta promosi potensi ekonominya. ***
Baca juga: Desa perbatasan Kaltara-Serawak bisa diakses online
Baca juga: Pusat akui Hutan Desa, warga Kaltara janji jaga kearifan lokal
Berita Terkait
Dayak Tenggalan Merajut Asa, Dapatkan SK MHA
Senin, 2 Desember 2024 16:22
Menarik manfaat ekonomi hutan tanpa kurangi tegakan pohon
Jumat, 15 September 2023 16:43
Kisah masa lalu dan asa kini, di balik Metut hibahkan wilayah kepada Nahakramo Baru
Senin, 11 September 2023 17:06
Warsi optimalisasi potensi pesona budaya masyarakat Punan
Minggu, 28 Mei 2023 15:06
Masa depan hutan Kalimantan, menjaga air susu ibu
Senin, 15 Mei 2023 19:24
KKI Warsi dan UI kolaborasi perkuat kelembagaan suku Punan dan Kenyah
Senin, 15 Mei 2023 5:00
Kaltara pacu percepatan perhutanan sosial 258.776 hektare
Sabtu, 18 Maret 2023 5:33
Pemda Malinau-KKI Warsi kerja sama pemberdayaan masyarakat perbatasan
Jumat, 17 Februari 2023 12:46