Jakarta (ANTARA) - Buka bersama ( bukber) kali ini tidak ada yang mengundang. Tidak pula karena inisiatif sendiri. Kebetulan saja. Dalam perjalanan ke dokter gigi di Ciputra Medical Center, Kuningan, adzan Maghrib berkumandang, Senin (10/4). Kendaraan kami lagi stuck atau tidak bergerak di Jalan KH Mas Mansyur, Karet, Jakarta Pusat. Arus lalu lintas sangat padat.
Hari Senin, jam pulang kerja, kemacetan di kawasan tersebut memang sudah semacam " tradisi". Arif supir membawa kami berangkat dari rumah teng pukul 5 sore.
Ada janji dengan drg Fifi pukul 18.30. Istri sudah memperhitungkan adzan Maghrib akan berkumandang di tengah perjalanan. Dia tahu saya pernah berangkat hadiri acara bukber di daerah Kuningan, habis Isya baru tiba. Padahal, berangkat dari rumah pukul 16.30 WIB.
Maka, dia bekali takjil untuk berbuka puasa. Teh manis panas satu termos kecil ;
satu kotak kecil kurma Tunisia ; lontong dan bakwan kesukaan lengkap dengan sambal kacangnya; dan dua potong bolu marmer kiriman presenter Rahma Sarita semalam. Bekal itu lebih dari cukup.
Istri berpesan, begitu adzan langsung menepi saja untuk batalkan puasa. Masalahnya, petang itu lalu lintas amat padat. Di sisi kanan jalan membentang tembok beton ujung fly over. Celah untuk berhenti pun tidak ada. Arif tidak melihat ada masjid di dekat situ.
Secara sepintas saya melihat atap masjid. Saya buka jendela memastikan penglihatan. Inilah rezeki anak shaleh. Benar, pas di sisi kiri, saya melihat jelas masjid kecil itu. Stop, Rif. Saya minta Arif meminggirkan mobil. Pelan - pelan.
Masjid itu bernama Al Mujahidin. Terjepit di antara hutan beton gedung - gedung jangkung kawasan Segitiga Emas Ibukota. Punya halaman parkir tapi hanya untuk 5-6 mobil, dan sudah penuh terisi.
Di jalan masuk halamannya ada taksi baru masuk menutup akses. Waduh. Tapi sebentar. Lihatlah, dalam hitungan detik, seperti mendapat aba-aba entah dari mana supirnya terus maju. Atau merasakan kesulitan kami, sehingga ia beringsut maju ke depan, menyisakan tempat parkir untuk kami. Alhamdulillah.
Saya minta Arif turunkan bekal. Di samping kiri masjid ada ruang, di sana telah diisi belasan jemaah sedang menikmati hidangan ala kadarnya, entah siapa yang menjamu. Bekal bawaan Arif digabungkan di situ. Kami bukber dengan beberapa jemaah yang belakangan saya ketahui kebanyakan supir taksi yang senasib dengan kami. Ada juga yang sudah menjadikan halaman masjid itu pangkalan untuk berhenti setiap kali melewati jalan itu saat dekat adzan Maghrib berkumandang.
Baca juga: Masakan Indonesia pada buka puasa bersama komunitas Muslim London
Baca juga: Catatan Hendry Ch Bangun - Inspirasi Bulan Puasa
Baca juga: Catatan Asro Kamal Rokan - Puasa ulat dan kenangan masa kecil
Saya menikmati suasana bukber yang luar biasa. Amat menyemangkan membahagiakan. Seakan baru saja ke luar dari kesulitan. Entah siapa yang menuntun, dan menggerakkan supir taksi di depan kami tadi mendorong mobilnya lebih ke depan sehingga kami kebagian lahan parkir. "Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban" --nikmat apalagi yang kamu mau dustakan?
Selesai menikmati takjil, kami melanjutkan Salat Maghrib berjamaah. Masjid itu seluas 200 m2. Penerangannya redup. Seperti telah lama ditinggal jemaahnya yang mungkin karena rumahnya tergusur proyek pelebaran jalan. Hanya satu shaf terisi. Setelah itu perjalanan kami lanjutkan menghadap drg Fifi, tepat waktu.
Hari itu 19 Ramadhan. Esok ( maksudnya : hari ini ) memasuki hari ke 20 yang mengawali 10 hari terakhir bulan puasa yang didalamnya dijanjikan Lailatul Qadar. Ustaz Arwani Marhum dalam kajian Subuh Minggu (9/4) di Masjid At Tabayyun mencoba mendeskripsikan tentang Lailatul Qadar. Momen buka puasa tadi rasanya saya seperti mendapat Lailatul Qadar seperti dalam deskripsi Ustaz Arwani, hafidz yang pernah memenangkan lomba tilawah di Mekkah.
Sederhana saja saya menerjemahkan Lailatul Qadar. Yaitu suasana hati yang nyaman bahagia setiap kali dapat menyelesaikan satu masalah.Namun, saya menyadari itu berkat keterlibatan Allah SWT secara langsung mengurai masalah. Seperti saat bukber di masjid Al Mujahidin tadi.
Saya menganggap itu semacam mendapat Lailatul Qadar. Subyektif memang. Tapi bukankah Lailatul Qadar memang bukanlah suatu keadaan yang bisa dirasakan secara kolektif, seperti menghadapi hujan. Rasa itu akan berbeda- beda dialami tiap individu. Bayangkan Lailatul Qadar yang asli yang diperoleh dari usaha sungguh-sungguh dengan beriktikaf di masjid 10 malam Ramadhan terakhir.
Lailatul Qadar adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadhan, yang dalam Al-Qur'an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surah Al-Qadar, surat ke-97 dalam Al Qur'an.
Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa terjadinya malam Lailatul Qadar itu pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan, hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah yang mengatakan: " Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beriktikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan dia bersabda, yang artinya: "Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan" " (HR: Bukhari 4/225 dan Muslim 1169).
Sudah menjadi pengetahuan umum, Lailatul Qadar kemungkinan akan "diwujudkan" oleh Allah pada malam ganjil, tetapi mengingat umat islam memulai awal puasa pada hari atau tanggal yang berbeda, maka umat islam yang menghendaki untuk mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar dapat "mencarinya" setiap malam di masjid- masjid.
(*H Ilham Bintang,
- wartawan senior dan pengusaha Indonesia juga dikenal sebagai "raja infotainment" serta "pelopor jurnalistik infotainment" di Indonesia.
- Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat.
- Pendiri Cek & Ricek).
Baca juga:Zakat, antara keutamaan hingga perubahan prilaku
Baca juga:Mana utama bayarkan zakat langsung atau perantara amil ?
Baca juga: Ketika hidayah menyapa ipar mantan PM Inggris
Berita Terkait
Catatan Ilham Bintang -Tiada lagi Bang Muin
Kamis, 14 November 2024 10:49
Catatan Ilham Bintang -Kang Farid Telah Tiada
Minggu, 13 Oktober 2024 8:59
Profil Eliano Reijnders, pemain Timnas Indonesia yang punya kakaknya bintang di AC Milan
Sabtu, 5 Oktober 2024 7:35
Catatan Ilham Bintang - Mengenang Marissa Haque yang pergi mendadak
Rabu, 2 Oktober 2024 16:31
"Women From Rote Island", Film Indonesia Lolos Kompetisi Piala Oscars ke-97
Rabu, 18 September 2024 14:48
Catatan Ilham Bintang -Menhub RI Akan Surati Dubes Australia Soal Pemeriksaan Ulang Penumpang Qantas
Selasa, 3 September 2024 9:50
Catatan Ilham Bintang -Pemeriksaan Ulang Barang Penumpang Qantas Yang Menegangkan
Senin, 2 September 2024 15:15
Kapolda Kaltara Berikan Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara Nararya Pada Ipda Indra Setiyawan
Senin, 1 Juli 2024 20:33