Tanjung Selor (ANTARA) - Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi bersama berbagai pihak di Malinau Kaltara berupaya mengoptimalisasi potensi pesona alam dan budaya Suku Punan, salah satu subetnik Dayak, di pedalaman Kalimantan Utara itu.
Dodi, Fasilitator KKI Warsi di Malinau, Minggu mengatakan potensi wisata yang ada di Desa Long Jalan akan dikembangkan menjadi program wisata alam dan budaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan.
“Akses sulit menuju Desa Long Jalan, bukan menjadi kendala. Justru ini dapat dilihat menjadi ciri khas yang dimiliki desa Long Jalan. Sebab, sensasi perjalanan selama delapan jam di atas perahu menyusuri sungai Malinau bisa memberikan pengalaman tersendiri bagi wisatawan," katanya.
"Kemudian, wisatawan bisa merasakan hidup berinteraksi langsung bersama masyarakat Suku Punan dalam mengenal budayanya,” tutur dia.
KKI Warsi adalah sebuah Lembaga non profit yang melakukan kegiatan pendampingan masyarakat di dalam dan sekitar hutan.
Terkait hal itu, Warsi bersama Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Malinau Kaltara dan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Ekowisata Desa Long Jalan menggelar bimbingan teknis Pemandu Wisata Alam Malinau di Hotel MC pada 23-27 Mei 2023.
Anye Irang, Ketua KUPS Ekowisata Long Jalan mengatakan Desa Long Jalan memiliki kebudayaan Suku Punan yang masih kental. Banyak atraksi wisata budaya yang bisa dinikmati di Desa Long Jalan.
“Kami masih punya kebudayaan sebagai Suku Punan. Seperti cara menghidupkan api menggunakan batu. Kami merasa itu hal yang biasa dalam kebudayaan kami. Tapi, ternyata itu menjadi atraksi wisata yang bisa menarik pengunjung,” katanya.
Baca juga: Pemda Malinau-KKI Warsi kerja sama pemberdayaan masyarakat perbatasan
Baca juga: Aplikasi Informasi Desa di pedalaman Kaltara tuai respon positif
Baca juga: Asa di pohon Nyawai, meramu pelestarian alam dan kesejahteraan Apau Kayan
Senada dengan Anye Irang, Ernianthy, anggota KUPS Ekowisata Long Jalan menuturkan selain potensi wisata budaya, Desa Long Jalan juga memiliki kekayaan alam indah.
Salah satu potensi lain, masyarakat Suku Punan memiliki kepercayaan harus melindungi Pan atau air asin.
Air asin adalah tempat minumnya satwa-satwa liar. Jika air asin hilang, maka hewan juga bisa hilang. Mereka juga dilarang membunuh hewan di air asin. Suku Punan percaya jika membunuh hewan di air asin atau hilangnya air asin akan membawa malapetaka.
Air asin ini memiliki cerita kearifan lokal masyarakat dalam melindungi hutannya. Air asin ini juga ada di Desa Long Jalan yang bisa dijadikan potensi wisata.
Baca juga: Masa depan hutan Kalimantan, menjaga air susu ibu
Baca juga: KKI Warsi dan UI kolaborasi perkuat kelembagaan suku Punan dan Kenyah
Baca juga: Kaltara pacu percepatan perhutanan sosial 258.776 hektare
Nehemia Gurusinga, Pelatih Bimbingan Teknis Pemandu Wisata Alam menjelaskan untuk menjadi pemandu wisata alam dibutuhkan kemampuan interpretasi. Kemampuan ini adalah menghubungkan objek wisata dengan pengunjung.
Ia menjelaskan, dalam pemanduan wisata harus memastikan enam aspek yaitu aspek promosi Sumber Daya Alam (SDA), keunikan objek wisata, memperhatikan keamanan dan ketertiban pengunjung, kemudian kelestarian potensi SDA, memberikan pengalaman arti pendidikan dan memberikan dampak positif bagi keberlangsungan kegiatan kepariwisataan.
"Semua diupayakan memberikan pengalaman berkesan bagi wisatawan,” jelasnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Warsi optimalisasi potensi pesona budaya Suku Punan
Dodi, Fasilitator KKI Warsi di Malinau, Minggu mengatakan potensi wisata yang ada di Desa Long Jalan akan dikembangkan menjadi program wisata alam dan budaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan.
“Akses sulit menuju Desa Long Jalan, bukan menjadi kendala. Justru ini dapat dilihat menjadi ciri khas yang dimiliki desa Long Jalan. Sebab, sensasi perjalanan selama delapan jam di atas perahu menyusuri sungai Malinau bisa memberikan pengalaman tersendiri bagi wisatawan," katanya.
"Kemudian, wisatawan bisa merasakan hidup berinteraksi langsung bersama masyarakat Suku Punan dalam mengenal budayanya,” tutur dia.
KKI Warsi adalah sebuah Lembaga non profit yang melakukan kegiatan pendampingan masyarakat di dalam dan sekitar hutan.
Terkait hal itu, Warsi bersama Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Malinau Kaltara dan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Ekowisata Desa Long Jalan menggelar bimbingan teknis Pemandu Wisata Alam Malinau di Hotel MC pada 23-27 Mei 2023.
Anye Irang, Ketua KUPS Ekowisata Long Jalan mengatakan Desa Long Jalan memiliki kebudayaan Suku Punan yang masih kental. Banyak atraksi wisata budaya yang bisa dinikmati di Desa Long Jalan.
“Kami masih punya kebudayaan sebagai Suku Punan. Seperti cara menghidupkan api menggunakan batu. Kami merasa itu hal yang biasa dalam kebudayaan kami. Tapi, ternyata itu menjadi atraksi wisata yang bisa menarik pengunjung,” katanya.
Baca juga: Pemda Malinau-KKI Warsi kerja sama pemberdayaan masyarakat perbatasan
Baca juga: Aplikasi Informasi Desa di pedalaman Kaltara tuai respon positif
Baca juga: Asa di pohon Nyawai, meramu pelestarian alam dan kesejahteraan Apau Kayan
Senada dengan Anye Irang, Ernianthy, anggota KUPS Ekowisata Long Jalan menuturkan selain potensi wisata budaya, Desa Long Jalan juga memiliki kekayaan alam indah.
Salah satu potensi lain, masyarakat Suku Punan memiliki kepercayaan harus melindungi Pan atau air asin.
Air asin adalah tempat minumnya satwa-satwa liar. Jika air asin hilang, maka hewan juga bisa hilang. Mereka juga dilarang membunuh hewan di air asin. Suku Punan percaya jika membunuh hewan di air asin atau hilangnya air asin akan membawa malapetaka.
Air asin ini memiliki cerita kearifan lokal masyarakat dalam melindungi hutannya. Air asin ini juga ada di Desa Long Jalan yang bisa dijadikan potensi wisata.
Baca juga: Masa depan hutan Kalimantan, menjaga air susu ibu
Baca juga: KKI Warsi dan UI kolaborasi perkuat kelembagaan suku Punan dan Kenyah
Baca juga: Kaltara pacu percepatan perhutanan sosial 258.776 hektare
Nehemia Gurusinga, Pelatih Bimbingan Teknis Pemandu Wisata Alam menjelaskan untuk menjadi pemandu wisata alam dibutuhkan kemampuan interpretasi. Kemampuan ini adalah menghubungkan objek wisata dengan pengunjung.
Ia menjelaskan, dalam pemanduan wisata harus memastikan enam aspek yaitu aspek promosi Sumber Daya Alam (SDA), keunikan objek wisata, memperhatikan keamanan dan ketertiban pengunjung, kemudian kelestarian potensi SDA, memberikan pengalaman arti pendidikan dan memberikan dampak positif bagi keberlangsungan kegiatan kepariwisataan.
"Semua diupayakan memberikan pengalaman berkesan bagi wisatawan,” jelasnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Warsi optimalisasi potensi pesona budaya Suku Punan