//ada grafis//
Tanjung Selor (Antaranews Kaltara) – Kebijakan pengembangan pembangkit di Indonesia, menurutinformasi Direktorat Jenderal (Ditjen) Ketenagalistrikan Kementerian Energi danSumber Daya Mineral (ESDM) diarahkan untuk pertumbuhan tenaga listrik,mengoptimalkan potensi energi setempat, meningkatkan cadangan, dan terpenuhinyamargin cadangan (reserve margin). Dalam realisasinya, Kementerian ESDMmemprioritaskan pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)Pump Storage, serta Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru dan Terbarukan(PLT-EBT).
Dengan kebijakan itu, rasio elektrifikasisecara nasional mencapai 95,35 persen (hingga Desember 2017). Sementara untukKaltara, pada periode yang sama, masih dibawah rata-rata nasional (84,78persen). Ini menempatkan Kaltara sebagai daerah ke-4 dengan elektrifikasiterendah di regional Kalimantan, setelah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim)sebesar 100 persen, Kalimantan Selatan (Kalsel) 92,12 persen, Kalimantan Barat(Kalbar) 89,93 persen. Sementara provinsi di Kalimantan dengan elektrifikasiterendah, adalah Kalimantan Tengah (Kalteng) 80,82 persen.
Sementara dari data kondisi kelistrikannasional berdasarkan cadangan sistem operasi (status 12 Februari 2018), untukKaltara yang masuk dalam sistem operasi Kaltim statusnya normal dengan keadaancadangan daya cukup (390 Megawatt atau setara 32,20 persen). “Pada kunjunganKomisi VII DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) RI kali ini, mereka mendesak supayapihak pihak kontraktornya PLN, juga PLN agar pembangunan terkait dengan kelistrikandi Kaltara dapat terealisasi secepat mungkin. Dan, sejauh ini tanggapan DPRpositif, makanya mereka mengejar realisasinya agar Kaltara tidak byarpet,†uraiPelaksana Harian (Plh) Sekretaris Provinsi (Sekprov) Kaltara H Syaiful Hermansaat pertemuan dengan Anggota Komisi VII DPR RI dalam kunjungan kerjanya kePLTU Gunung Seriang, Tanjung Selor, Selasa (20/2).
Dari pertemuan itu, juga terpapar di dalamRencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2027 bakal dibangun sejumlahpembangkit dengan total daya 251 Megawatt, pengembangan transmisi hingga 1.110Kilometer Sirkuit (KMS) dan pengembangan gardu induk dengan kapasitas total 280Megavolt Ampere (MVA) di Provinsi Kaltara.
Ada 8 pembangkit akan dibangun di Kaltarasesuai RUPTL itu. Yakni, PLTA Kaltara 1 90 Megawatt (ditarget selesai 2025),PLTU Malinau 2 x 3 Megawatt (2018), PLTMG Nunukan II 10 Megawatt (2018),PLTG/MG/GU Sei Menggaris 2 x 20 Megawatt (2020 atau 2021), PLTMG Gunung Belah 2x 18 Megawatt (2019), PLTMG Tarakan 40 Megawatt (2020), PLTU Tanjung Selor 2 x7 Megawatt (2018), dan PLTMG Tanjung Selor 15 Megawatt (2018).
Sesuai data PLN, rasio elektrifikasi Kaltarahingga 2017 mencapai 79,26 persen. Dimana rasio elektrifikasi tertinggi beradadi Tarakan (99,99 persen). Disusul Kabupaten Bulungan (84,95 persen), TanaTidung (83,94 persen), Nunukan (58,06 persen) dan Malinau (57,66 persen).Target PLN, rasio elektrifikasi Kaltara akan mencapai 99,99 persen pada 2021dengan adanya rencana pengembangan yang ada.