Nunukan (Antaranews-Kaltara) - Wacana pengembangan perkebunan kopi di Kabupaten Nunukan, Kaltara hingga 300 hektar di Kecamatan Krayan.
Kecamatan Krayan yang terkenal dengan beras adan dan peternakan kerbau ini akan mengembangkan agrobisnis kopi sebagai produk andalan ketiga.
Hal diungkapkan, Ketua Dewan Kopi Provinsi Kaltara, Tommy Harun saat mendampingi sejumlah petani kopi asal Kecamatan Krayan pelatihan kopi dari hulu ke hilir di Sukabumi (Jabar), Jakarta dan Bekasi.
Upaya pengembangan agrobisnis kopi di kecamatan yang berbatasan langsung dengan Negeri Sarawak, Malaysia ini sesuai dengan potensi alam yang dimiliki.
Melalui keterangan tertulisnya, Selasa (4/8), mantan Sekdakab Nunukan ini mengatakan, selama pelatihan yang diselenggarakan Dewan Kopi Nasional tersebut peserta benar-benar mendapatkan ilmu atau pengetahuan positif soal pengelolaan kopi dari hulu hingga hilir.
"Peserta belajar dari proses hulu seperti bagaimana mengenal tanaman kopi, membuat semai bibit kopi, menanam, pengolaan kebun sampai pemeliharaan dan pelatihan dilaksanakan langsung di kebun kopi," ujar Tommy Harun.
Berkat metode pelatihan semacam itu, maka peserta bisa langsung berinteraksi dengan pelatih dan tanamanya sendiri serta merasakan aroma tanaman yang luar biasa apabila di pelihara dengan benar.
Sedangkan proses hilirnya, peserta diberikan pengetahuan soal tata cara merakit alat-alat mesin pengolahan kopi dan mengenal kopi dengan baik.
Berkat pelatihan ini maka Tommy Harun berharap kopi akan menjadi ikon atau andalan masyarakat di wilayah perbatasan di Kecamatan Krayan.
Oleh karena itu, dia mendorong masyarakat di kecamatan itu mulai membudayakan menanam kopi dengan target 300-500 hektar.
Apabila langkah ini dapat dilakukan dengan maksimal maka dua tahun kemudian Kecamatan Krayan sudah bisa mengekspor kopi ke luar negeri.
Jenis kopi yang dapat dikembangkan di Kecamatan Krayan adalah arabica. Dapat menjadi sumber penghasilan masyarakat setempat.
Untuk mewujudkan wacana pengembangan tanaman kopi tersebut, dia menginginkan campur tangan pemerintah dengan memberikan bantuan bibit yang bersertifikat.
Selain itu tentunya dana operasional sangat dibutuhkan oleh petani yang bersedia mengembangkan tanaman keras ini.