Pesona Museum Rumah Bundar

id Rumah bundar

Pesona Museum Rumah Bundar

Salah satu koleksi adalah gaharu yang getahnya puluhan juta rupiah per kilogram (Datiz)

Salah seorang pengunjung, pelajar memperhatikan salah satu jenis kayu langka Kalimantan, yakni ulin. (Datiz)

Tarakan (Antaranews Kaltara) - Jika berkunjung ke Kota Tarakan, Kalimantan Utara jangan lupa berkunjung ke salah satu obyek wisatanya, yakni Museum Rumah Bundar karena kaya akan informasi flora dan fauna.

Dilaporkan di sana ditemui berbagai jenis bibit tanaman langka khas Kalimantan, misalnya pasak bumi serta berbagai jenis anggrek.

Selain contoh-contoh jenis kayu langka seperti ulin dan bangkirai.

Juga terdapat foto berbagai jenis satwa langka, termasuk bekantan atau monyet hidung panjang.

Sebelumnya, di sana terdapat sisa perang dunia II seperti Samurai, sepatu tentara, peluru dan topi baja tapi sudah dipindah ke gedung museum PD II dekat museum perminyakan.

Disebut rumah bundar karena atapnya seperti bulatan drum yang dipotong rata di tengahnya.

Rumah Bundar di Jalan Danau Jempang itu ada di tengah kota.

Rumah seluas 6 x 12 itu kemudian difungsikan 1945 oleh tentara Sekutu sebagai pusat kegiatan untuk memperbaiki lingkungan di Tarakan yang rusak berat akibat PD saat melumpuhkan Tentara Jepang.

Tarakan menjadi daerah bersejarah karena tempat tentara Jepang pertama kali mendarat 1942.

Kekayaan sumber daya alam Tarakan, yakni minyak tanah menjadi salah satu magnet bagi kekuatan asing untuk menguasai pulau itu.

Kekayaan itu juga jadi petaka karena mengobarkan peperangan yang sesuai fakta sejarah dari dokumen tercatat bahwa perang di Tarakan lebih sengit ketimbang perang
Pearl Harbor.

Namun, perang Pearl Harbor lebih terkenal karena perang antara tentara Jepang dan Amerika di Hawai itu sering dijadikan tema film Hollywood.

Donna, dalah satu staf Musium Rumah Bundar jumlah pengunjung lokal relatif sedikit yang datang.

Justru pengunjung secara rombongan banyak datang dari kelompok mahasiswa dari luar daerah, rombongan pejabat dari Jakarta dan rombongan wisatawan mancanegara, khususnya Australia, Jepang dan Amerika.

"Sekarang murni untuk museum flora dan fauna," katanya.

Pewarta :
Editor : Iskandar Zulkarnaen
COPYRIGHT © ANTARA 2018

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.