Tanjung Selor (ANTARA) - Sawit meskipun terus "di-labelling" dengan berbagai kampanye hitam, khususnya pihak asing tapi faktanya "masyarakat perkebunan" Indonesia membuktikan tudingan itu salah.
Hal itu terungkap dalamJournalist Fellowship and Training Batch II 2021 Wilayah Kalimantan yang diselenggarakan Badan Penghimpun Dana Perkebunan Kelapa Sawit atau BPDPKS yang dilaksanakan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 10-13 November 2021 secara luringdan dering.
Justru terungkap sawit adalah masa depan energi terbaharukan dan bernilai kampanye hijau
Wakil Ketua Dewan Pers Hendry Ch dalam Journalist Fellowship and Training Batch II 2021 itu mengakui kampanye hitam masih marak terjadi.
Isu paling santer terkait deforestasi, isu kesehatan, hingga hambatan ekspor.
"Serangan terhadap perusahaaan sawit masih kencang, khususnya deforestasi, isu kesehatan, hingga hambatan ekspor," ujarnya.
Ia mengungkapkan isu isu lingkungan telah menyebabkan pandangan buruk bagi sawit baik dari dalam maupun luar negeri.
Di sini peran media penting mengungkapkan fakta sebenarnya, khususnya memberitakan secara berimbang dari dampak sosial dan lingkungan.
Baca juga: Harga kelapa sawit terus naik, petani kembali bergairah
Kecemburuan negara lain adalah hal nyata karena sawit hanya bisa tumbuh secara baik pada beberapa negara di daerah tropis, termasuk Indonesia.
Faktanya sawit berperan dalam memberikan kontribusi bagi devisa negara, pertumbuhan ekonomi, kedaulatan pangan dan kedaulatan energi Indonesia.
Ia menilai wartawan tidak mudah percaya terhadap kampanye hitam tersebut karena persoalan sawit faktanya menjadi salah satu penggerak ekonomi nasional mulai dari devisa maupun yang bersentuhan langsung bagi pendapatan daerah serta perekonomian rakyat.
Penggerak Ekonomi
Pada acara yang sama, Ketua Bidang Komunikasi Gapki Tofan Mahdi menyatakan makna strategis industri sawit, yakni salah satu sektor penggerak ekonomi saat Indonesia terpuruk akibat COVID-19.
Lihat saja, total ekspor CPO pada 2020 tembus 22,97 juta dolar AS. Sektor ini juga melibatkan 2,3 juta petani dan tenaga kerja 4,4 juta orang.
Baca juga: Karantina Pertanian Tarakan fasilitasi ekspor olahan sawit ke Malaysia
Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulis Tjakrawan mengungkapkan tentang berbagai disparitas produk sawit, termasuk biosolar.
Biosolar bermakna mendukung upaya mengatasi masalah krisis energi serta sumber energi yang bisa diperbaharui atau energi hijau.
Penerapan biosolar disebutnya hanya akan mengurangi impor BBM namun juga akan menghemat devisa negara.
Dari penjelasan tiga narasumber ini, terlihat
makna peran media massa, yakni harus berperan aktif dalam memberitakan secara komprehensif tentang peran sawit bagi masa depan bangsa.
Khususnya melalui diversifikasi produk serta alternatif energi yang bisa diperbaharui.
Sawit faktanya sangat menjanjikan bagi upaya mengatasi krisis energi masa depan serta hakikatnya mendukung kampanye Indonesia dalam memanfaatkan energi hijau atau yang terbaharukan.
Selainiru, sawit faktanya menjadi salah satu penggerak ekonomi nasional mulai dari devisa maupun yang bersentuhan langsung bagi pendapatan daerah serta perekonomian rakyat
Berita Terkait
Kaltara bakal bangun industri minyak goreng
Kamis, 1 Agustus 2024 4:43
Bupati Tana Tidung Menyerahkan Surat Keputusan Calon Lahan Perkebunan Sawit
Sabtu, 13 Januari 2024 19:28
Kehadiran perusahaan sawit dapat perhatian Wagub Kaltara
Senin, 7 Agustus 2023 15:57
Ini beberapa keunggulan sawit Indonesia, termasuk diklaim sudah sustainable
Minggu, 6 November 2022 14:57
Tanam sawit rakyat dan integrasi jagung, Gubernur harap petani tak andalkan satu komoditas
Senin, 19 September 2022 12:30
Mengapa Indonesia belum bisa tentukan harga CPO dunia ?
Senin, 5 September 2022 16:59
Menteri Erick sebut China beli produk kelapa sawit Indonesia
Rabu, 27 Juli 2022 9:37
Melalui "startup", generasi milenial bisa rambah pasar global dengan ekspor sawit
Senin, 4 Juli 2022 11:04