Bawaslu Kaltara nilai metode film cinema efektif libatkan masyarakat awasi Pilkada

id Bawaslu

Bawaslu Kaltara nilai metode film cinema efektif libatkan masyarakat awasi Pilkada

Bawaslu Kaltara nilai metode film cinema efektif libatkan masyarakat awasi Pilkada (Cica Andriyani/ANTARA Kaltara)

Tarakan (ANTARA) - Membangun partisipati aktif masyarakat dalam pengawasan pemilihan kepala daerah tahun 2024 melalui metode film cinema di nilai Bawaslu Kaltara sangat efektif untuk membagi informasi dan berbagi pengetahuan terkait pencegahan, pengawasan, dan penindakan.

Pihak Bawaslu Kaltara melalui Plt. Kepala Sekretariat yang berkesempatan hadir menyampaikan bahwa ini adalah metode baru dari kegiatan Bawaslu Kaltara yang biasanya dilaksanakan secara formal di dalam ruangan namun malam ini dilaksanakan secara santai di ruang terbuka atau outdoor.

“Biasanya kegiatan-kegiatan Bawaslu Kaltara formal di dalam ruangan atau indoor gitu, nah sekarang malam hari ini kita diberikan tawaran suasana di ruang outdoor, makanya saya juga masih berfikir entar perjalan kegiatan ini seperti apa makanya hadir di forum ini”, ungkap Rusdi

Lebih lanjut Rusdi menyampaikan, bahwa ”saya mengharapkan substansi dan urgensi dari kegiatan ini tetap kita dapatkan dan berjalan dengan baik”, tuturnya.

Baca juga: Total DPTb di Bulungan capai 917 pada Pilkada 2024
Baca juga: Strategi pencegahan Bawaslu Kaltara terhadap TPS rawan dan rekomendasi ke KPU

Bawaslu Kaltara nilai metode film cinema efektif libatkan masyarakat awasi Pilkada (Cica Andriyani/ANTARA Kaltara)

Kegiatan yang berkolaborasi dengan komunitas perfilman dan sinema Bona Fortuna, membawa tema membangun bersama pengawasan partisipatif melalui layar sinema pada pemilihan serentak Provinsi Kalimantan Utara tahun 2024.

Taufan Agustian, narasumber profesional film Maker Mengatakan bahwa film merupakan sarana pengingat terhadap peristiwa yang baik sering terjadi dalam pesta demokrasi.

”Jadi film itu merupakan sarana pengingat terhadap peristiwa-peristiwa kecil menjadi normalisasi, kita khawatir kalau peristiwa kecil yang merupakan pelanggaran cenderung biasa dan menjadi normalisasi.” pungkasnya
Peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut dari berbagai kalangan masyarakat biasa, organisasi mahasiswa, BEM Mahasiswa, dan organsisasi masyarakat," katanya.