Mitigasi Banjir Kaltara

id ,

Mitigasi Banjir Kaltara

banjir di pedalaman mulai terjadi jika hujan terus terjadi dikhawatirkan akan meluas (Datiz)

Oleh Iskandar Zulkarnaen


Tanjung Selor (Antara News Kaltara) - Wajah Mohtar, warga Tanjung Palas Tengah, Bulungan, Kaltara tampak cemas melihat ketinggian air terus bertambah pada awal November 2016.
Bagaimana tidak, banjir besar yang dulunya memang bisa terjadi namun dalam siklus tahunan --lima, 10 atau 15 tahun saat terjadi anamoli cuara "La Nina" --kini bisa terjadi setiap tahun di wilayah Kalimantan Utara.
Dalam beberapa tahun terakhir, banjir menjadi "momok" karena kerap melanda setiap musim hujan. Musim hujan terjadi biasanya pada akhir tahun atau awal tahun.
Kekhawatiran pria berusia lebih 70-an tahun itu bukan tanpa alasan karena banjir yang terjadi Februari tahun lalu benar-benar membawa dampak kerusakan cukup besar. Selain merendam rumahnya selama 10 hari, banjir juga menyebabkan lahan pertanian mereka yang siap panen yang hancur.
Banjir kali ini meskipun belum masuk ke dalam rumahnya yang padahal cukup tinggi karena berbentuk rumah panggung dengan tiang hampir satu meter namun di pedalaman pedalaman Sungai Kayan, dan Sungai Bahau Kalimantan Utara banjir menyebabkan aktifitas warga terhambat.
Dilaporkan bahwa banjir terparah sekitar satu meter dalam rumah warga terjadi di beberapa desa Kecamatan Long Peso, dan Long Pujungan, Kabupaten Bulungan.
Luapan banjir dari hulu Sungai Kayan dan Sungai Bahau kini mulai merendam beberapa titik di kawasan hilir Sungai Kayan hari ini.
Rendaman air kini tampak terjadi di beberapa titik di Kota Tanjung Selor dan beberapa Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan. Banjir cukup tinggi terjadi di kawasan Kampung Arab, Kota Tanjung Selor.
Bahkan, beberapa rumah warga tergenang air sebatas mata kaki. Di kawasan pedalaman banjir terparah di beberapa desa Long Peso dan Long Pujungan menyebabkan warga mengungsi karena ketinggian mencapai satu meter dalam rumah dua hari lalu.
Banjir di pedalaman dilaporkan telah berangsur surut namun buangan air itu kini melimpah ke kawasan hilir. Banjir akibat tingginya curah hujan di pedalaman.
Dikhawatirkan banjir kembali naik jika hujan dengan intensitas dan curah tinggi di pedalaman dalam beberapa hari ini.
Khusus di kawasan perkotaan buangan air di pedalaman juga pertepatan pasangnya air laut. Warga di perkotaan diharapkan mewaspadai jika luapan air terus meningkat.
Maraknya pembukaan lahan di kawasan pedalaman Sungai Kayan untuk perkebunan sawit diperkirakan salah satu faktor mengapa kini Kalimantan Utara rawan banjir.
Padahal dulunya bannjir hanya terjadi dalam siklus waktu tertentu misalnya lima atau 10 tahunan kini setiap musim
hujan banjir bisa melanda beberapa kawasan pedalaman dan perkotaan di provinsi termuda atau ke-34 itu.

Banjir Terburuk

Banjir yang melanda beberapa wilayah di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara pada Februari 2015 dianggap sejumlah warga sebagai musibah terburuk, jika dilihat dari ketinggian dan luas cakupan wilayah tergenang.
"Usia saya sekitar 65 tahun, dan seumur-umur baru merasakan banjir seburuk ini. Padahal puluhan tahun menetap di tepian Sungai Kayan ini, rumah kami tidak pernah tergenang air," kata Ibrahim, warga Bulungan.
Ia menuturkan bahwa masalah banjir bukan hal luar biasa bagi warga Bulungan, terutama yang menetap di sekitar DAS (daerah aliran sungai) Kayan.
Banjir bagi warga Bulungan, Malinau dan Tanah Tidung (tiga daerah di Kaltara yang memiliki sungai raksasa) bukan hal aneh namun pada 2015 lalu dianggap cukup besar. Bahkan, cenderung kini terjadi setiap tahun banjir hampir serupa.
Dulunya, bahkan warga melihat banjir sebagai berkah karena saat panen ikam labirin (jenis ikan darat yang biasa hidup di rawa atau anak sungai).
Banjir kali ini, benar-benar menjadi musibah karena mereka terpaksa mengungsi ke rumah keluarga yang masih selamat dari rendaman air.
Dilaporkan air dari Sungai Kayan ---salah satu sungai terbesar di Borneo---terus meluap sehingga merendam ribuan rumah penduduk sehingga terjadi pengungsian warga.
Kondisi terburuk terjadi di pedalaman Sungai Kayan, di antaranya Kecamatan Long Peso, Kabupaten Bulungan karena ketinggian mencapai empat meter sehingga merendam atap rumah penduduk.
Pj Gubernur Kalimantan Utara Dr Irianto Lambrie sudah menginstruksikan agar jajarannya di bawah koordinasi Asisten Sekda Bidang Pemerintahan dan Kesra serta didukung BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) setempat untuk segera mengambil langkah penanganan banjir di provinsi itu.
Ia mengutarakan bahwa sudah memerintahkan Asisten Sekda Bidang Pemerintahan dan Kesra serta didukung BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) setempat untuk segera mengambil langkah penanganan banjir tersebut.


Perlu Rehabilitasi

Anggota DPRD Kaltara Abdul Djalil Fatah mengatakan bahwa perlu langkah mitigasi banjir itu.
Langkah reboisasi dan rehabilitasi hutan jadi alternatif utama dalam membenahi banjir yang kini seakan jadi momok itu.
Langkah lain yang diusulkan adalah segera melakukan pengerukan sungai karena terjadi erosi atau pendangkalan akibat kerusakan hutan di pedalaman.
Langkah lain, yakni dengan sangat selektif dalam memberikan izin pembukaan lahan dan hutan di pedalaman.
Termasuk menggiatkan lagi Jumat bersih untuk membenahi saluran air dalam kota atau drainase.
Dari faktor eksternal, ia menilai sudah tentu dukungan pusat dalam menekan dan menghentikan berbagai aktifitas yang bisa menimbulkan pemanasan global.