Komparasi Potensi Wisata Kaltara dengan Raja Ampat

id ,

Komparasi Potensi Wisata Kaltara dengan Raja Ampat

POTENSI WISATA : Kapal-kapal wisata yang bersandar di salah satu pelabuhan swasta di Waisai. Kapal-kapal ini melayani perjalanan para wisatawan di Raja Ampat. (dok humas)

Raja Ampat. Siapa yang tidak kenal lokasi wisata bahari di Papua Barat itu. Bukan sekedar namanya yang sudah tersohor ke seantero dunia, keindahan alam wilayah kepulauan tersebut memang luar biasa. Beberapa hari lalu, memenuhi undangan untuk menghadiri puncak peringatan Hari Ibu ke-89 bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Dr H Irianto Lambrie berkesempatan datang ke Waisai, sebuah distrik-atau kecamatan yang merupakan ibukota Kabupaten Raja Ampat.

HUMAS PROV KALTARA

Sebagai ibukota kabupaten, nama Waisai memang tidak begitu dikenal. Namun bagi wisatawan yang berkunjung ke Raja Ampat, sudah pasti akan tahu nama Waisai. Sederhana tapi ada. Begitu menyebutkan sarana infrastruktur di salah satu kepulauan besar di Papua Barat itu.

Waisai memiliki Bandara Marinda, yang bisa didarati dengan pesawat ATR-72, sama seperti Bandara Tanjung Harapan di Tanjung Selor. Namun jika melihat fasilitas, masih jauh. Lebih lengkap di Tanjung Selor.

Ada juga Pelabuhan Waisai, yang merupakan salah satu pintu gerbang pertama bagi wisatawan yang akan menjelajahi panorama indah surga wisata yang ada di timur Indonesia itu. Ya, pelabuhan ini benar-benar memiliki peranan penting tersambutnya wisatawan yang mengunjungi empat pulau besar yang ada di Raja Ampat.

Ada yang patut dicontoh saat kita berada di Pelabuhan Waisai. Bersih, tertib dan ramai. Tak hanya kondisi pelabuhan yang bersih, laut di bawahnya juga jernih tidak ada kotoran atau sampah yang berceceran atau mengapung di air.

Kapal cepat dengan kapasitas sekitar 300 penumpang bersandar di pelabuhan itu. Di sisi lain, beberapa speedboat bermesin 600 PK sampai 900 PK berjajar. Kapal cepat itu melayani penyeberangan dari Waisai-Sorong. Satu hari satu kali. Ke Sorong-ibukota provinsi Papua Barat perjalanan ditempuh kurang lebih 2 jam. Sedang speedboat-speedboat yang ada melayani carteran untuk perjalanan wisata ke pulau-pulau yang ada di Raja Ampat.

Infrastruktur lain, jalanan telah terbangun menghubungkan dari beberapa distrik dan desa-desa yang ada di Waisai. Meski tak lebar, jalannya cukup bagus dengan pemandangan hutan yang masih lebat di kanan-kiri jalan.

Tak ada hotel berbintang, seperti yang kita bayangkan sebelum berkunjung ke daerah wisata itu. Yang ada hanya sejumlah resort, cottage dan beberapa penginapan sederhana. Tapi semua rapi bersih. Ditambah dengan suasana tenang, dan keramahan warga setempat.



"Di sini adanya wisata air terjun sama Pantai Waisai Torang Cinta. Kalau mau diving dan melihat keindahan laut yang terkenal itu, harus nyeberang lagi. Kita menyewa speedboat. Harganya sekitar Rp 5 juta untuk satu trip," ujar Andika, pengemudi mobil yang membawa kami berkeliling di Waisai.

Ya, karena acara puncak peringatan Hari Ibu dilangsungkan pada Jumat (22/12) pagi, seperti kebiasaan Gubernur yang selalu ingin memanfaatkan kesempatan yang ada, Kamis (21/12) sore itu berkeliling untuk melihat-lihat kondisi di Waisai. Mulai dari pusat keramaian, perkantoran, rumah sakit, sekolah, hingga pelabuhan disusuri dengan melintasi jalan-jalan beraspal yang memang tidak begitu lebar. Semua fasilitas di Waisai ada di Tanjung Selor. Bahkan mungkin lebih lengkap di ibukota Kaltara.

Potensi wisata? Meski tak seterkenal Raja Ampat, Kaltara sebenarnya bisa menjadi seperti di Raja Ampat. Potensi ada. Mulai dari wisata bahari, budaya, hingga kekayaan alam lainnya. Di Raja Ampat boleh memiliki beberapa gugusan pulau yang begitu indah, tapi Kaltara punya hutan konservasi Kayan Mentarang, keindahan sungai, dan kekayaan alam lainnya.

Gagasan Gubernur untuk membangun Kapal Wisata yang kini telah mendekati realisasi pembuatannya, sepertinya pas jika ingin menjadikan Kaltara seperti di Raja Ampat. Dengan kapal wisata itu, nantinya bisa membawa para pelancong untuk mengenal lebih dekat dengan potensi wisata di Bumi Benuanta ini.

Tak hanya itu, meski bukan 'milik' Kaltara, di provinsi tetangga (Kalimantan Timur) ada objek wisata bahari yang tak kalah dengan Raja Ampat. Secara geografis, Pulau Derawan, Sangalaki, Maratua dan beberapa pulau 'surga' lainnya itu, yang mudah dijangkau dari Kaltara. Kuncinya, adalah kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai. Selain ditunjang pula dengan infrastruktur yang harus dibangun.

Dari Tanah Kuning, Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, cukup dengan perjalanan sekitar 1 jam untuk bisa sampai Pulau Derawan (dengan speedboat). Sama dengan jarak tempuh dari Waisai ke Pulau Misool, salah satu spot terkenal di Raja Ampat. "Kalau jalan dari Tanjung Selor ke Tanah Kuning bagus, kemudian di sana ada sarana untuk perjalanan yang lengkap, seperti di Waisai, bukan tidak mungkin wisatawan yang ingin ke Derawan dan pulau-pulau lainnya memilih lewat Tanah Kuning. Ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian di sana. Apalagi di sana juga ada wisata pantai yang bagus," kata Irianto memberikan gambaran.

Di samping ditunjang dengan infrastruktur, serta sarana dan prasarana yang memadahi, kunci lainnya adalah mindset atau pola pikir masyarakat yang harus diubah. Masyarakat harus berpikir maju, terbuka, bekerja keras, tidak mudah menyerah dan tidak boleh 'alergi' dengan pendatang. Apalagi terhadap wisatawan. Termasuk kepada investor, di bidang apapun itu.

Untuk diketahui juga, ada sedikit kesamaan antara Kaltara dengan Raja Ampat dan Papua Barat secara umum. Penduduk di provinsi itu, juga banyak pendatang dari berbagai daerah di tanah air. Sama dengan Kaltara yang juga memiliki penduduk yang heterogen atau bermacam suku bahasa dan budaya.(*)