Townhall Muda Yogyakarta: Saatnya Suara Mahasiswa Lawan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi

id Pemprov

Townhall Muda Yogyakarta: Saatnya Suara Mahasiswa Lawan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi

Townhall Muda Yogyakarta yang diinisiasi oleh Forum Inklusi Sosial bersama 9 finalis muda 30 Townhall Muda.id mengangkat isu kekerasan seksual di perguruan tinggi. (IST)

Tarakan (ANTARA) - Townhall Muda Yogyakarta yang diinisiasi oleh Forum Inklusi Sosial bersama 9 finalis muda 30 Townhall Muda.id mengangkat isu kekerasan seksual di perguruan tinggi.

Kegiatan ini dilaksanakan di Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta (UNU Yogyakarta) sebagai respon atas meningkatnya angka kekerasan seksual dalam lima tahun terakhir.

Link informasi (https://goodstats.id/article/empat-tahun-terakhir-tren-kasus-kekerasan-seksual-di-perguruan-tinggi-meningkat-sKkNo#google_vignette).

Padahal, sejak tahun 2021 pemerintah telah membentuk Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) perguruan tinggi yang seharusnya dapat lebih memastikan dilakukan upaya pencegahan kekerasan seksual di perguruan tinggi.

Rangkaian kegiatan Townhall Muda Yogyakarta meliputi:
Audiensi penjelasan program dan potensi kolaborasi dengan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (P3AP2) DIY
Pameran praktik baik dan pembukaan booth komunitas.

Kemudian pemutaran film dokumenter hasil survei internal terkait kekerasan seksual di lingkungan civitas akademika Yogyakarta, perspektif Aktivis dan, cerita teman korban.

Serta seminar nasional & diskusi panel lintas sektor yang menghadirkan perwakilan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, aktivis dan akademisi.

Penyampaian rekomendasi kebijakan publik terkait isu kekerasan seksual pada perguruan tinggi, FGD multistakeholder dan penandatanganan komitmen bersama untuk rencana tindak lanjut.

Serta penampilan pembacaan puisi dan tarian tradisional.
Kegiatan ini di hadiri langsung oleh Aulia Pradipta Prabandaru sebagai Program Manajer Townhhall Muda dan menghadirkan para pemangku kepentingan kunci.

Dari pemerintah pusat, hadir Ibu Rachmeilia Daniastri, Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Dari pemerintah daerah, hadir Erlina Hidayati Sumardi, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (P3AP2) DIY.

Sementara itu, dari akademisi turut hadir Ibu Suharti Mukhlas, Gender Specialist sekaligus Executive Secretary UNU Yogyakarta.

Serta dari kalangan aktivis hadir Ibu Halimah Ginting, Sekretaris Wilayah DIY Koalisi Perempuan Indonesia. Mereka menjadi narasumber utama dalam Seminar Nasional.

Selain itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan teman disabilitas, juru bahasa isyarat, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) universitas, media, komunitas/organisasi masyarakat, UMKM lokal, mahasiswa umum, hingga perwakilan Satgas PPKS dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta.

Kehadiran beragam pihak ini diharapkan dapat mendorong kolaborasi lintas sektor sekaligus menghadirkan berbagai perspektif dalam merumuskan solusi nyata bagi terciptanya pendidikan tinggi yang aman, inklusif, dan bebas dari kekerasan seksual.

“Aturan sekarang sudah banyak mengalami kemajuan, namun implementasinya masih kurang optimal. Oleh karena itu, ini menjadi tugas kita bersama untuk terus melakukan edukasi,” ujar Ibu Suharti.

Sementara itu, Ibu Rachmeilia dalam closing statement Seminar Nasional menambahkan, “Kami membuka kesempatan untuk menyampaikan saran kepada pemerintah pusat terkait hal-hal yang perlu dibenahi dan dikoreksi.
Saat ini kami juga telah memiliki layanan pengaduan dan siap mendukung dengan berbagai sarana lainnya apabila diperlukan.”

Penyelenggara berharap melalui Townhall Muda Yogyakarta, kampus dapat benar-benar menjadi ruang bagi anak muda untuk menumbuhkan mimpi dan cita-cita, bukan sekadar gedung yang membungkam suara mahasiswa.

Harapan besar ini adalah agar kampus hadir sebagai ruang aman bagi seluruh civitas akademika.

Sebab, mimpi tidak akan terwujud hanya dengan dibayangkan ia menjadi nyata ketika setiap orang mengambil peran dan menghadirkan aksi nyata.
Baca juga: Menteri Pemberdayaan Perempuan: Hukum berat pemerkosa remaja puteri di Bogor
Baca juga: Kemenag tanggapi vonis mati Herry Wirawan, pemerkosa 13 santriwati

Pewarta :
Editor : Susylo Asmalyah
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.