Dolar menguat, pasca-laporan pekerjaan di AS

id Dolar menguat

Dolar menguat, pasca-laporan pekerjaan di AS

Dolar menguat terhadap mata uang utama, pasca-laporan pekerjaan di AS

New York (ANTARA) - Dolar AS menguat terhadap yen dan beberapa mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah data menunjukkan ekonomi terbesar di dunia itu kehilangan pekerjaan sedikit lebih rendah dari yang diperkirakan pada bulan lalu akibat terimbas pandemi Virus Corona.

Greenbackmencatat kenaikan mingguan terbesarnya terhadap euro dalam lebih dari sebulan, meskipun itu lebih terkait dengan masalah mata uang tunggal Eropa mengenai pembelian aset oleh Bank Sentral Eropa (ECB).

Dolar juga mencatat kinerja mingguan terbaiknya terhadap franc Swiss dalam lebih dari sebulan juga.

Data pada Jumat (8/5/2020) menunjukkan hilangnya pekerjaan AS pada April mencapai 20,5 juta, dibandingkan dengan perkiraan 22 juta. Tingkat pengangguran mencapai 14,7 persen, juga lebih rendah dari perkiraan pasar 16 persen.

Baca juga:Harga emas jatuh, investor lirik aset berisiko saat ekonomi AS dibuka

“Tergelincirnya ekonomi ini begitu parah, apakah itu benar-benar membuat banyak perbedaan antara 20,5 juta pekerjaan yang hilang dan 22 juta?” kata Kepala Strategi Pasar Bannockburn Global Forex,Marc Chandler di New York.

"Itu tidak benar-benar mengubah apa pun. Pasar dengan benar telah mengabaikannya,” tambahnya.

Dalam perdagangan sore, dolar naik 0,4 persen terhadap yen menjadi 106,71 yen, sementara euro datar terhadap dolar pada 1,0836 dolar.

Baca juga:Rupiah akhir pekan ditutup kian kuat, ditopang naiknya cadangan devisa

Indeks dolar, yang mengukurgreenbackterhadap enam mata uang utama lainnya, sebagai hasilnya sedikit berubah pada 99,77.

Minat terhadap aset berisiko secara luas lebih tinggi pada Jumat (8/5/2020), dengan saham AS dan imbal hasil surat utang pemerintah lebih tinggi.

"Wall Street tidak belajar sesuatu yang baru mengenai situasi tenaga kerja AS, tetapi satu hal yang tampaknya pasti, aksi harga menandakan bahwa sebagian besar dari kehilangan pekerjaan ini diperkirakan berumur pendek," kata Analis Pasar Senior OANDA,Edward Moya di New York.

“Tanpa vaksin, sulit membayangkan bahwa sebagian besar ekonomi (perjalanan, perhotelan dan ritel) akan memulihkan sebagian besar pekerjaan dalam waktu dekat. Lonjakan upah tidak mendapat perhatian karena kehilangan pekerjaan yang meluas terutama merugikan pekerja yang berpenghasilan rendah,” tambahnya.

Baca juga:Wall Street dibuka menguat meski 20,5 juta pekerjaan hilang di AS

Baca juga:IHSG akhir pekan berakhir di zona merah, dipicu aksi jual asing



Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah