Kaltara miliki tujuh Desa Tangguh Bencana

id Desa,Tangguh, Bencana

Kaltara miliki tujuh Desa Tangguh Bencana

Tim BPBD Kaltara saat mensosialisasikan program SPAB di SMA 1 Unggulan Tideng Pale, belum lama ini. (humasprovkaltara)

Tanjung Selor (ANTARA) - Ada tujuh Desa Tanggung Bencana (Destana) di Kaltaramasing-masing lima dibentuk Pemprov dan dua oleh pusat.

Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) berhasil membentuk lima Desa Tangguh Bencana (Destana).

Lokasinya di Desa Long Bia, dan Long Peso, Kabupaten Bulungan. Lalu Desa Belayan dan Salap di Malinau. Lalu, yang paling baru pembentukan Destana Desa Atap di Nunukan.

Destana itu dibentuk dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi. Demikian disampaikan oleh Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Kaltara, Andi Santiaji Pananrangi, baru-baru ini.

Dikatakannya lagi, selain 5 Destana yang dibentuk dengan menggunakan APBD Provinsi, ada juga Destana yang dibentuk dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), lokasinya di Kelurahan Juwata Laut dan Sebengkok, Kota Tarakan.

Dimana, duaDestana ini langsung dipilih oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). “Ya kalau ditotal, berarti Kaltara kini sudah memiliki tujuhDestana,” ucapnya.

Dibentuknya Destana merupakan wujud antisipasi dini dalam melakukan penanggulangan bencana di daerah. Destana dibentuk agar desa memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dalam menghadapi ancaman bencana serta mampu memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan. “Itulah tujuan dibentuknya Destana,” ungkapnya.

Secara teknis, dalam membentuk Destana ada beberapa tahapan dalam pelaksanaannya. Mulai dari legalitas dengan membentuk forum pengurangan resiko bencana dan relawan berdasarkan Surat Keputusan (SK) di setiap desa. Lalu, membentuk kelompok kerja (Pokja), serta membentuk relawan Destana yang terdiri dari masrayakat setempat, baik dari kalangan guru, pemuda, tokoh agama termasuk instansi yang berada disana.

Dalam mengawal pembentukan Destana, BPBD Provinsi selaku fasilitator bertugas memfasilitasi pembentukan Destana. Dimana, masyarakat akan diberi pengetahuan mengenai cara membuat kajian resiko bencana seperti membuat peta rawan bencana dan jalur evakuasi. Selain itu, fasilitator juga akan melakukan pendampingan kepada masyarakat desa dalam menyusun dokumen penanggulangan bencana. Dimana, dokumen tersebut yang dipakai sebagai acuan masyarakat desa untuk bisa mengajukan bantuan yang bersumber dari Dana Desa nantinya.

Santiaji berharap Destana yang sudah dibentuk mampu menjadi percontohan agar kedepan baik provinsi, kabupaten/kota melalui APBD-nya, serta desa menggunakan Dana Desanya dapat memunculkan Destana baru lainnya.

SPAB SMA TIDENG PALE

Selain membentuk Destana, guna antisipasi dini terhadap penanggulangan bencana di desa, BPBD Provinsi Kaltara dalam waktu dekat juga akan membetuk Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di Sekolah Menengah Atas (SMA). Dimana, yang menjadi pilot project SPAB yakni SMA 1 Unggulan Tideng Pale, Kabupaten Tana Tidung.

Santiaji mengungkapkan, dipilihnya SMA 1 Unggulan Tideng Pale sebagai pilot project SPAB di Kaltara karena letak dan posisi bangunan sekolah yang dibangun diatas tanah yang rawan tergerus saat air hujan turun. “Saat ini pembentukan SPAB masih dalam proses, dilakukan secara bertahap. Terkait dengan progresnya sendiri, belum lama ini sudah kita lakukan sosialisasi dan bimbingan,” katanya.

Manfaat SPAB sendiri, kata Santiaji, sebenarnya tentang penguatan kapasitas sekolah itu sendiri dalam menyusun rencana kontinjensi kebencanaan di fasilitas sarana dan prasarana sekolah. Dengan begitu, akan tercipta kesiapsiagaan warga sekolah dalam menghadapi bencana.

Disamping itu perlu juga sekolah beserta komite sekolah untuk menyusun dokumen kajian resiko bencana, dokumen sistem peringatan dini, dan dokumen rencana penanggulangan bencana. “Untuk itu, tidak hanya menyasar siswa di sekolah, perlu komitmen dari pihak sekolah, seperti keterlibatan guru dan penunjang infrastruktur yang ada, sebagai upaya menanggulangi bencana jika terjadi bencana,” tutup Santiaji.