“Yang menjadi catatan disini, adalah bagaimana persebaran UMK maupun UMB di Kaltara merata. Sejauh ini, masih terfokus di Kota Tarakan,†kata Gubernur Kaltara Dr H Irianto Lambrie. Berdasarkan data hasil sensus ekonomi (SE) 2016, persebaran usaha berdasarkan skala usahanya, untuk UMK terkonsentrasi di Kota Tarakan (37,45 persen). Lalu berturut-turut Kabupaten Nunukan (26,34 persen) dan Bulungan (20,35 persen).
Serupa pula kondisinya dengan UMK, Kota Tarakan masih menjadi titik konsentrasi pengembangan UMB sekitar 47,92 persen. Disusul Nunukan (23,59 persen) dan Bulungan (16,17 persen). Sementara UMK dan UMB paling sedikit di Tana Tidung, hanya mencapai 3,31 persen untuk UMK dan 2,08 persen untuk UMB. “Data ini menggambarkan perlunya peningkatan daya saing perekonomian tiap daerah di Kaltara. Sekaligus menjadi titik tolak masuknya peluang investasi di sebuah daerah,†jelasnya.
Dipaparkan Irianto, situasi ekonomi dunia yang berkembang begitu pesat mendorong adanya peningkatan ketergantungan serta mempertajam persaingan ekonomi antar negara. Tantangan itu, direspon dengan melakukan kerjasama dalam bentuk integrasi ekonomi. Ini juga menjadi upaya proteksi terhadap perekonomian di suatu negara. “Dalam kasus kita, bentuknya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Dan, MEA ini menawarkan peningkatan kesejahteraan masyarakat setiap negara didalamnya, termasuk Indonesia, dan Kaltara khususnya. Apalagi, Kaltara merupakan provinsi yang berbatasan langsung dengan Malaysia,†ucap Irianto. Nah, disinilah pentingnya daya saing yang tinggi bagi sebuah negara. Ini guna memperoleh manfaat optimal dari keikutsertaan dalam integrasi ekonomi tersebut.