Bandung (ANTARA) - Kreasi meracik minumanmocktailyakniminuman campuran sari buah, buah-buahan segar, madu, dan bahan lainnya dengan berbagai jenis minuman bersoda bisa dinikmati dengan paduan kopi.
Sebuah kedai kopi dan rumah sangrai bernamaShoot Me In The Head Coffee Bar & Roasterydi Jalan Kemuning 16, Kota Bandung, Jawa Barat, yang baru dibuka pada Sabtu, menyajikan inovasi minuman kreasimocktaildicampur kopi yang menjadi sebuah menu lezat,coffeemocktail.
Baca juga:Tren Kopi susu kekinian tahun 2020, rasa cendol hingga klepon
Di kedai kopi yang mengusungkonsep interiorpop culturedan industrialtersebut, biji kopi asal Etiopia disajikan dalam suguhanmocktailbernama Hello Sunshine.
Hello Sunshine adalah sajian minumancoffee mocktailkental dengan rasa floral dan buah-buahan yang disajikan dalam gelas champagne.
Tampilan bagian atas kopi dilengkapi dengan busa. Di atasnya dihiasisehelai bunga berwarna merah untuk mewakili rasa kopi tersebut.
Minuman non alkohol tersebut dibanderolseharga Rp36 ribu per gelas.
tren coffeemocktail
Co-Founder Shoot Me In The Head, Cindy Herlin Marta memprediksi sajiancoffee mocktailakan menjadi tren menggantikan kopi kekinian seperti kopi susu gula aren dengan boba.
"Kita memprediksicoffeemocktailini akan menjadithe nextkopi kekinian. Ini bakal jadi pintu masuk ke sana," kata Cindykepada ANTARA, Sabtu.
Menurut dia, di sejumlah negara laincoffee mocktailsudah banyak disajikan di kedai-kedai kopi.
"Sebenarnyacoffee mocktailini lahir dari kompetisi barista dan setelah itu di luar sana (negara lain) mulai menyajikan ini di kedai kopinya," kata dia.
Hello Sunshineadalah satu dari tujuh menu andalan Shoot Me In The Head cabang Bandung.
Baca juga:Es kopi susu kekinian selebritas paling dicari sepanjang 2019
Menu andalan lainnya di kedai kopi ini ialah Johny Be Goodyang terisnpirasi dari karakter kopi Indonesia yang manis,high body, danspices.
Kemudian Coffee Sour yang terinspirasi dari menucocktailklasik "whisky sour" yang bahan utamanya disubsitusi menggunakan kopi dari Indonesia.
Sebelumnya Shoot Me In The Head telah membuka dua kedai dan rumah sangrai di Jakarta dan Shoot Me In The Head yang hari ini resmi dibuka di Kota Bandung, Jawa Barat merupakan cabang pertamanya di luar Jakarta.
Cindy mengatakan ada beberapa alasan mengapa pihaknya memilih Kota Bandung sebagai cabang pertamanya di luar Jakarta yaitu pertumbuhan konsumsi kopi di kota Bandung cukup tinggi dalam beberapa tahun belakangan ini yang juga diinisiasi oleh anak muda dan dikenal memiliki banyak komunitas.
Perkembangan kultur kopi sendiri menurut dia sangat dipengaruhi oleh komunitas.
"Hal tersebutlah yang dimanfaatkan sebagai peluang oleh kami," kata dia.
Baca juga:Kopi celup Pringsewu inovasi minum kopi seduh praktis nan kekinian
Tak hanya menawarkan kopi, perpaduan desainstreet cultureyang dikombinasikan dengan berbagai macam ikon khas tengkorak mereka juga diaplikasikan padamerchandiseyang dapat ditemukan langsung di outlet terbaru mereka, sepertit-shirt, enamel pin,scarf, jaket, totebag, sticker, tumbler,korek dan lain-lain.
Sementara itu, Co-Founder dan Chief Design Officer Shoot Me In The Head Rendy Anugrah Mahesa mengatakan banyak sekali sudut pandang yang dapat diangkat dalam kultur meminum kopi saat ini salah satunya dengan pendekatan seni gambar.
"Dari awal kami berdiri pendekatan kami selalu lebih dekat dengan cara-cara yang dilakukan band indie. Di mana kami menggunakan pendekatan dengan cara yang organik namunsustainable. Kami sangat terbuka untuk berkreasi melalui berbagai media untuk menarik sebanyak mungkin orang untuk mencintai kopi," kata dia.
Di kafe tersebut, pengunjung dapat menikmati kopi sambil melihat langsung cara pembuatan kopi yang diracik dari bar yang dibuat terbuka atau sekedar berkumpul sambil menikmati suasana kota Bandung di beranda belakang yang terasa sangathomeydengan sajian makanan mereka yang juga bercita rasa tinggi.
Baca juga:Bisnis "coffe shop" kekinian makin digandrungi di Jakarta
Baca juga:Boba dan kopi "kekinian" diprediksi masih jadi tren hingga tahun depan
Baca juga:Raffi Ahmad bisnis kopi "kekinian" yang merakyat
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Ida Nurcahyani