Jakarta (ANTARA) - HEROIK dan membanggakan. Mutaz Essa Barshim dari Qatar dan Gianmarco Tamberi dari Italia, sama-sama bersaing ketat untuk mendapatkan medali emas Olimpiade 2020, Ahad (1/8/20) di Tokyo.
Keduanya telah melewati persaingan ketat untuk meraih yang terbaik, tidak terkalahkan. Perjuangan hebat dan tekanan mental, mengantarkan atlet berbeda negara dan ras itu, berhadapan di final.
Keduanya sudah saling kenal, bahkan bersahabat. Tapi ini untuk kehormatan negara, kebanggaan, sejarah, predikat terbaik: Citius, Altius, Fortius — lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat. Jadi, lupakan persahabatan. Kalah atau menang tidak akan mengubah persahabatan. Bukankah ini normal dalam olah raga?
Tapi tidak bagi Barshim, lelaki yang berkulit sedikit hitam ini.
Kisahnya begini: Di babak final, Barshim dan Tamberi mengerahkan kemampuan maksimalnya untuk meraih emas, pengakuan tertinggi prestasi dunia. Mereka lolos ke final setelah berhasil melompat mistar 2,37 meter.
Untuk mendapatkan juara, wasit memberikan tiga kesempatan bagi keduanya. Suasana tegang dan penuh tekanan. Barshim
dan Tamberi berupaya melampaui mistar, yang kini dinaikkan menjadi 2,39 meter — rekor tertinggi dalam Olimpiade. Tiga kali melompat, tiga kali mereka gagal.
Tapi juara harua ada. Medali emas harus dikalungkan satu di antara mereka. Wasit memberikan lagi satu kesempatan. Suasana di stadion semakin tegang. Dan, tiba-tiba Tamberi mundur di saat menentukan ini. Menurut berbagai laporan media, Tamberi mengalami cidera di bagian kakinya.
Cidera ini memaksa Tamberi menghapus mimpinya meraih emas. Meski, sejak gagal ikut Olimpiade 2016 di Rio de Jenairo, Brazil, karena cidera, pemuda Italia ini berlatih keras meraih mimpinya. Medali emas Tokyo ini, adalah peluang besar baginya. Ini terpaksa dilepaskannya.
Semua berubah. Barshim dan Tamberi menghadap wasit. Di saat itulah, tiba-tiba Barshim — yang hampir pasti meraih medali emas — menyampaikan pertanyaan mengejutkan kepada wasit, “Apakah emas dapat dibagi di antara kami berdua?"
Tamberi memeluk Barshim, saat wasit memikirkan jawaban. Mungkin ungkapan haru, terima kasih, atau sebagai ucapan selamat pada Barshim.
Dan, momen dramatis itu terjadi. Wasit memberi jawaban. "Ya, maka emas akan dibagi untuk kalian berdua."
Mendapat jawaban itu, Tamberi dan Barshim berpelukan, diiringi sorak serta tepuk tangan penonton. Tidak hanya itu. Tamberi melampiaskan kegembiraannya dengan berguling di
lintasan lapangan.
Baca juga: Cerita ayah, Apriyani ketika kecil dan bakat dari almarhumah ibunya
Baca juga: Olimpiade - Sang Lagenda tak menyangka sekaligus bangga dengan Greysia/Apriyani
Barshim juga terlihat sangat gembira melihat kegembiraan sahabat dan sekaligus lawan bertandingnya. Dia dipeluk offisial Qatar, isyarat mendukung keputusan Barshim yang luar biasa dan membanggakan itu. Barshim menyeka matanya.
Kebahagiaan juga terlihat di kubu tim Qatar dan Italia. Penonton bersorak. Ada yang menitikkan air mata, merayakan keindahan ini. Merayakan kemuliaan, kemenangan hati nurani.
Barshim dan Tamberi memang gagal melompati mistar 2,39 meter. Tetapi mereka berhasil melompaui mistar yang jauh lebih tinggi, bahkan sangat tinggi — melepaskan diri dari keharusan untuk menang dan terpandang. Membuang ego, perbedaan warna kulit, membebaskan sekat antara mereka dan kita. Sungguh ini indah.
Dunia menyambutnya sebagai kemuliaan, menyatukan perbedaan, yang sering sekali dipicu persoalan ras, politik, ekonomi, dan ketidakadilan.
Barshim dan Tamberi telah melompati mistar tertinggi kehidupan. Mereka bersama gembira meraih kemenangan, dan kemuliaan yang menjadi hak manusia — kebersamaan ini langka, mewah, dan terasa semakin menjauh dari kita.
Jakarta, 4 Agustus 2021.
*Asro Kamal Rokan, wartawan senior. Pemimpin Redaksi Republika (2003-2005), Pemimpin Umum LKBN Antara (2005-2007). Anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat (2018-2023).
Berita Terkait
Catatan Asro Kamal Rokan - Obituari "Semakin menua, aku merasa lebih baik..."
Minggu, 16 Juni 2024 13:01
Catatan Asro Kamal Rokan - Cerita DR Rahmat Shah melawan kanker ganas
Senin, 17 April 2023 15:05
Catatan Asro Kamal Rokan - Kopi Sumatra Mandheling di Turki
Sabtu, 1 April 2023 12:00
Catatan Asro Kamal Rokan - Merdeka setelah pesta teh
Sabtu, 1 April 2023 9:34
Catatan Asro Kamal Rokan - Era Gila Caligula
Sabtu, 20 Agustus 2022 9:30
Catatan Asro Kamal Rokan - Agus Salim Suhana juga pergi
Senin, 25 Juli 2022 17:31
Catatan Asro Kamal Rokan - Hawana 2022, dari Melaka ke Jalan bersejarah
Senin, 6 Juni 2022 6:59
Catatan Asro Kamal Rokan - Kabar Duka dari Malaysia: Pergilah Sahabat ...
Minggu, 8 Mei 2022 13:15