Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Universitas Airlangga Prof Chairul Anwar Nidom mengemukakan vaksin Nusantara bisa diandalkan untuk mengendalikan mutasi virus Corona di Tanah Air.
"Kalau kita hanya mengandalkan vaksin konvensional, buktinya sampai sekarang untuk varian Delta formulasinya pun juga enggak diubah-ubah. Kalau dengan vaksin Nusantara hanya 50 hari, kita sudah mendapatkan formulasi baru," kata Chairul Anwar Nidom saat dikonfirmasi ANTARA melalui sambungan telepon, Rabu.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Nidom beserta tim, vaksin Nusantara diklaim memiliki kemampuan membuat mutasi virus Delta yang tadinya ganas menjadi lemah. "Jadi mempercepat proses waktu pengendalian virus di lapangan," katanya.
Menurut Nidom, vaksin Nusantara yang saat ini memasuki uji klinik fase 3 dapat diandalkan untuk mengendalikan risiko mutasi varian baru dari SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Jika tidak segera dikendalikan, Nidom memperkirakan virus akan terus bermutasi menjadi lebih mengerikan.
Baca juga:DPR dukung uji klinis Tahap III Vaksin Nusantara
Baca juga:RSPAD: Penelitian vaksin nusantara ikuti kaidah ilmiah
"Jadi kalau memang kita serius untuk mengendalikan segera pandemi ini, harusnya digunakan vaksin Nusantara ini bersama-sama dengan vaksin konvensional atau sendiri-sendiri karena dia bisa mengendalikan untuk menangani mutasi virus," katanya.
Berdasarkan pengamatan aspek sains yang dilakukan Nidom pada uji klinik fase 1 dan 2 para relawan, tidak ditemukan masalah, bahkan para relawan merasa lebih nyaman usai penyuntikan vaksin Nusantara.
"Perbedaannya vaksin Nusantara karena sel dendritik itu tidak terjadi inflamasi (kejadian ikutan pasca-imunisasi), sementara vaksin yang konvensional ini akan terjadi inflamasi," katanya.
Nidom mengatakan vaksin berbasis inactivated virus maupun mRNA yang kini umum digunakan sejumlah produsen vaksin COVID-19 memiliki perbedaan mekanisme kerja dengan sel dendritik yang dimiliki vaksin Nusantara.
"Inflamasi tergantung merembetnya kemana, sementara kalau sel dendritik tidak menimbulkan inflamasi, bahkan dia akan merendahkan inflamasi yang komorbid (penyakit bawaan)," katanya.
Nidom mengatakan vaksin Nusantara juga relatif aman bagi orang-orang yang sedang komorbid berdasarkan testimoni dari sejumlah relawan seperti mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah hingga mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. "Komorbidnya malah mengalami pengurangan beban," katanya.
Baca juga:Pakar ungkap ketertarikan Turki beli vaksin Nusantara
Baca juga:Terawan sebut 90 persen bahan Vaksin Nusantara ada di dalam negeri
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Berita Terkait
Imunisasi Vaksin HPV di Mencapai 80 Persen
Rabu, 25 September 2024 18:44
Jelang Pekan Imunisasi Polio, Dinkes Pastikan Vaksin Aman untuk Anak
Kamis, 11 Juli 2024 15:04
Masyarakat Jakarta bisa dapatkan vaksin pneumonia secara gratis
Senin, 27 Mei 2024 10:55
Dosis vaksin booster kedua di Tarakan jumlahnya terbatas
Kamis, 26 Januari 2023 21:38
Presiden Jokowi luncurkan IndoVac, vaksin COVID-19 buatan dalam negeri
Kamis, 13 Oktober 2022 11:17
Binda Kaltara terus gencar melakukan vaksinasi
Sabtu, 1 Oktober 2022 16:32
40,2 juta vaksin COVID-19 kedaluwarsa segera dimusnahkan
Rabu, 31 Agustus 2022 7:57
Lanud Tarakan bersama Binda Kaltara gencarkan vaksin Covid-19
Minggu, 28 Agustus 2022 20:42