Harapan mantan pecandu meraih masa depan cerah

id pecandu, narkoba

Harapan mantan pecandu meraih masa depan cerah

Margaretha Gabriela, mantan pengguna narkoba yang saat ini sudah menjadi relawan untuk sosialisasi program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). (Ist)

Tarakan (ANTARA) - Kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia merupakan ancaman kejahatan yang bersifat laten, dinamis dan berdimensi transnasional, menjadi tantangan bagi Bangsa.

Sasaran peredaran narkoba bukan hanya tempat - tempat hiburan malam, tetapi sudah merambah ke daerah pemukiman, kampus, sekolah - sekolah, rumah kos bahkan di lingkungan rumah tangga dan anak - anak.

Penyalahgunaan dan peredaran narkotika dab prekursor narkotika merupakan kejahatan luar biasa (extraordinary crime) yang mengancam dunia dan bisa digunakan sebagai salah satu senjata dalam proxy war untuk melumpuhkan kekuatan bangsa.

Indonesia saat ini oleh Presiden Joko Widodo dalam situasi darurat narkoba dan menyatakan perang terhadap narkoba. Setiap harinya ada sekitar 40 sampai 50 orang tewas di Indonesia karena penyalahgunaan narkoba dan sekitar 15 ribu tewas pertahun.

Para mantan pecandu maupun pengguna narkoba yang sudah sadar akan bahaya yang mengancam dan mencoba menjauhinya.

Diantaranya adalah Miqdad seorang mahasiswa di Universitas Krisnadwipayana, Bekasi yang pernah menjadi narkoba, namun saat ini tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Anti Narkoba di kampusnya.

"Melatarbelakangi saya ikut kedalam Satuan Tugas Anti Narkoba UNKRIS, saya ingin mempunyai lingkungan orang orang yang sama - sama berjuang untuk menerangi narkoba itu sendiri," kata Miqdad saat dihubungi dari Tarakan, Kamis.

Dia ingin merubah orang - orang yang masih menjadi penyalahguna narkoba, karena pengalamannya.

"Saya masuk ke dalam Satuan Tugas Anti Narkoba UNKRIS, saya akan mendapatkan secara teori tentang narkoba itu sendiri, saya sudah tergabung dalam relawan anti narkoba selama tiga tahun," katanya.

Miqdad menceritakan mulai mengenal barang haram tersebut sejak kelas 3 SMA yaitu pada aw 2014, hingga masuk kuliah semester 2 pada tahun 2016 akhir.

Sempat menjalani rehabilitasi di Lido, Sukabumi namun dia bertekad dan niat untuk berhenti maka menerapkan rehabilitasi secara sendiri.

"Alasan saya untuk berhenti yang paling kuat adalah orang tua terlebih khusus ibu saya yang dimana ada kata - kata yang membuat saya berubah 'jangan sampai orang tua masuk neraka karena anaknya, karena orang tua gagal untuk mendidik anaknya secara benar' itu kata - kata yang selalu jadi pegangan buat saya untuk berhenti total," kata Miqdad.

Menurutnya saat ini untuk mendapatkan narkoba di kampus mudah, namun tergantung orang dalam menjalaninya

"Karena kuncinya satu ketika ingin berubah ke arah yang lebih baik maka lingkungan yang membawa kita ke arah negatif harus di tinggalkan dan mencoba untuk membuat circle baru yang lebih ke arah positif," kata Miqdad.

Testimoni tapi jangan munafik

Sementara itu mantan pengguna lain yang sudah tobat diantaranya Gabriella Margaretha yang akrab dipanggil Bela saat ini memberikan testimoni ke berbagai daerah untuk melakukan pencegahan penyalahgunaan narkoba.

Dia saat ini tergabung dalam Generasi Peduli Anti Narkoba (GPAN) dan Yayasan Harapan Permata Hati Kita ( YAKITA) Addiction Treatment and Recovery Community Center untuk sosialiasi program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).

"Terkadang saya sudah tidak menggunakan masih ada aja ada bandar yang menawarkan narkoba untuk mencoba. Saya menolak nggak mau saya melakukan, kalau masih menggunakan berarti saya munafik," kata Bela saat dihubungi Antara.

Dia dengan tegas mengatakan pada para bandar bahwa dirinya masih punya harapan untuk mendapatkan masa depan yang baik dan cerah, karena ini hanya sekali.

Bahkan Bela pernah mendapatkan rehabilitasi narkoba di rumah singgah di Jakarta dengan cara doa - doa keagamaan selama satu tahun.

"Saya latar belakangnya dulu pengguna saat usia 15 tahun waktu SMP di Menado awalnya menggunakan ganja dan obat-obatan," katanya

Kemudian mulai mengenai narkoba jenis lain terutama ekstasi, sabu dan kokain dari teman - temannya kalau datang dari Jakarta.

"Hidup ini cuman sekali, saya tidak mau memakai 'topeng' dengan melakukan testimoni untuk menyadarkan orang, kalau saya ternyata masih mencoba saya takut dosa dan tidak dapat pahala," kata Bela.
Baca juga: BNN: Kesadaran masyarakat Nunukan rendah untuk rehabilitasi narkobaBaca juga: Gubernur Gaungkan Berantas Narkoba