Tanjung Selor (ANTARA) - Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kalimantan Utara (Kaltara) Yufrizal menyampaikan, lapangan usaha industri pengolahan diprediksi akan tumbuh meningkat sepanjang tahun 2020. Dijelaskan Yufrizal, pertumbuhan positif dikarenakan peningkatan harga komoditas Cruide Palm Oil (CPO) dalam negeri.
“Pada tahun 2020 ini, India juga telah menurunkan bea masuk CPO dari Asia Tenggara. Dari sebelumnya sebesar 44 persen, saat ini menjadi 40 persen. Tak hanya itu, bea masuk produk turunan CPO juga diturunkan. Dari sebelumnya 54 persen, menjadi 50 persen,” ungkap Yufrizal.
Lanjutnya, kebijakan penurunan bea impor yang diberlakukan otoritas India, diprediksi bisa meningkatkan jumlah volume ekspor CPO dari Kaltara. Terlebih sampai saat ini, India merupakan salah satu mitra dagang utama produsen CPO di Kaltara. “Secara teknis, dari data Laporan Perekonomian Provinsi periode Februari 2020, kinerja lapangan usaha industrti pengolahan juga akan didukung beroperasinya tiga pabrik CPO baru di Kaltara,” jelas Yufrizal.
Untuk triwulan I sendiri, akselerasi pertumbuhan industri pengolahan, diprediksi berasal dari peningkatan produksi komoditas pertanian dan dukungan harga yang semakin meningkat. “Peningkatan produksi komoditas pertanian, khususnya TBS di awal tahun 2020 ini juga didukung baiknya kondisi cuaca. Hal tersebut menjadi multiplier effect yang positif bagi industri pengolahan kita yang didominasi CPO,” tambahnya.
Lapangan usaha industri pengolahan Kaltara sempat tumbuh melambat pada triwulan IV 2019. Kinerja lapangan usaha ini tercatat hanya mengalami pertumbuhan sebesar 4,04 persen. Atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,71 persen.
Lebih detail, melambatnya produksi CPO dinilai menjadi penahan kenaikan lapangan usaha industri pengolahan di periode tersebut. Produksi CPO yang tercermin dari data volume ekspor, menurun hingga 30,01 persen. Terkontraksi dibandingkan pada triwulan III 2019 yang tumbuh di atas 70 persen.
Sementara itu, harga CPO internasional pada triwulan IV 2019 tercatat sebesar USD599,95/mt. Atau lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD485,49/mt. Secara tahunan, angka tersebut juga tercatat relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.
Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit ke lapangan usaha industri pengolahan pada triwulan IV 2019 menunjukkan perlambatan. Pertumbuhan kredit pada sektor ini terkontraksi sebesar 7,66 persen. Namun lebih baik dibandingkan triwulan III 2019 yang menurun 12,85 persen secara year on year. Dari sisi nominal, penyaluran kredit kepada lapangan usaha industri pengolahan tercatat sebesar Rp 665,71 miliar dengan pangsa sebesar 6,44 persen terhadap total kredit.
Berita Terkait
Agro Industri Jadi Fokus Rencana Pembangunan di Kaltara
Selasa, 27 Februari 2024 5:33
Warga binaan Lapas Tarakan Siap Berkontribusi Dalam Industri Batik Lokal
Selasa, 20 Februari 2024 9:37
Ekonomi Kaltara bergeser dari sumber daya alam ke industri pengolahan
Selasa, 19 Desember 2023 12:35
Pemkab Bulungan awasi perkembangan kawasan industri Tanah Kuning
Sabtu, 28 Oktober 2023 20:01
Gubernur Dorong Pembentukan Desa Industri di Kaltara
Selasa, 3 Oktober 2023 19:23
SKK Migas : industri besar mulai masuk Tarakan membutuhkan energi
Rabu, 15 Maret 2023 10:36
Presiden yakin kawasan KIPI Kaltara jadi masa depan industri energi hijau Indonesia
Selasa, 28 Februari 2023 17:25
Industri pengolahan Kalimantan Utara tumbuh 5,29 persen
Selasa, 7 Februari 2023 5:52