Masih misteri suara dentuman saat Anak Krakatau meletus

id Erupsi,Anak krakatau

Masih misteri suara dentuman saat Anak Krakatau meletus

Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG)

Jakarta (ANTARA) - Suara dentuman keras terdengar sebagian warga Bogorsaat Gunung Anak Krakatau, Lampung meletus, Jumat (10/4/2020) malam masih menjadi misteri setelah ada pernyataanPVMBG.

Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan bahwa suara dentuman yang ramai dibahas di media sosial bukan berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.

"Saya sudah konfirmasi petugas pos pengamatan, mereka tidak mendengar karena letusannya juga kecil," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Hendra Gunawan dihubungi di Jakarta, akhir pekan ini.

Menurut dia, erupsi gunung yang terletak di Selat Sunda dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung itu hanya mengeluarkan semburan ketinggian berkisar 500 meter.

Ia menyebut letusan yang terjadi pada Jumat (10/4) malam juga bukan merupakan letusan eksplosif dan hanya semburan.

"Biasanya dalam jarak dua kilometer, kedengaran hanya suara desis saja," ujarnya pula.

Sebelumnya, setelah Gunung Anak Krakatau erupsi, warganet ramai membahas suara dentuman di media sosial yang mereka duga ada hubungannya dengan erupsi tersebut.

"Suara erupsi Anak Krakatau kedengeran sampai Tanah Kusir," kata sutradara film Joko Anwar melalui akun twitternya di Jakarta, Sabtu.

Cuitan Joko Anwar itu kemudian mendapat tanggapan ratusan warganet lainnya.

Joko mengira awalnya suara dentuman tersebut, karena ada orang yang sedang bermain drum.

Pesinetron Enzy Storia juga menuliskan cuitan di akun twitternya, karena mendengar suara dentuman.

"Ini rumah gue dari tadi kayak kedengeran suara dentuman, ya Allah ada apa lagi," ujarnya pula.

Warganet lain juga membahas terkait suara dentuman tersebut.

Hingga Sabtu pagi, tagar dentuman dicuitkan ribuan kali oleh warganet dan menduduki trending Indonesia nomor dua di twitter.

Baca juga:Gunung Anak Krakatau erupsi semburkan abu vulkanik


Pewarta :Dewa Ketut Sudiarta Wiguna

Editor :Zaenal A.