Hanoi (ANTARA) - Warga mengibarkan bendera merayakan selesainya karantina setelah pemerintah Vietnam berhasil mengendalikan wabah COVID-19 di desa Dong Cuu, Hanoi, Kamis (14/5/2020) demikian laporan Reuters.
Di saat negara lain masih kalang kabut "dihajar" virus corona baru, termasuk negara maju, misalnya Amerika dan negara-negara Eropa, justru dengan keterbatasan sumber sumber daya
Vietnam memenangi "peperangan" melawan COVID-19, apa kunci sukses mereka?
Ternyata sukses mereka karena dari awal, pemerintah dan rakyatnya serius melakukan berbagai hal untuk memerangi virus global berbahaya saat terjadi wabah ini di Wuhan.
Sejak Februari, Vietnam sudah melalukan langkah-langkah pencegahan.
Baca juga: Presiden minta alat PCR buatan lokal segera diproduksi massal
World Economic Forum mencatat, pada 1 Februari Vietnam memulai serangkaian inisiatif untuk mengatasi penyebaran COVID-19.
Baca juga: WHO: 4.013.728 kasus virus corona di dunia
Langkah strategis Vietnam, yakni dari awal menangguhkan semua penerbangan dan sekolah-sekolah ditutup, pelaksaan karantina massal serta memperbanyak tes bagi warganya.
Petugas ketat melakukan pelacakan kontak dekat bagi warga yang ada kasus positif.
Pemerintah sangat tegas bagi siapa saja penyebar hoaks akan diproses hukum, tercatat ratusan orang sudah didenda.
Disiplin warga dalam menjalankan anjuran pemerintah menggunakan masker, "physical distancing" dan berdiam dirumah juga jadi kunci sukses Vietnam.
Baca juga: Rp2,06 triliun sudah disalurkan ke Gugus Tugas COVID-19
Sejak awal, berbagai langkah strategis diambil pemerintah Vietnam, termasuk
mengisolasi sebuah desa di utara Hanoiselama 20 hari untuk mengunci perkembangan wabah virus corona.
"Jika pertempuran COVID-19 adalah perang, maka kami telah memenangkan putaran pertama, meski ini belum selesai karena situasinya bisa sangat tidak terduga," kataWakil Perdana Menteri Vu Duc Dam konferensi online dengan pejabat kota dan provinsi pada Selasa, 25 Februari 2020.
Sementara negara lain, sebut saja Amerika serikat dan beberapa negara maju lain di Eropa sempat mengganggap remeh terhadap ancaman virus global ini.
Baca juga: Dianggap berhasil, Perintah Kawalan Pergerakan COVID-19 Malaysia
Baca juga: Ini penjelasan Gugus Tugas, di bawah 45 tahun dapat bekerja
Baca juga: Dokter sekaligus pasien corona cerita pengalamannya