Perajin batik bersyukur, Gubernur anjurkan penggunaaan batik Kaltara

id Batik

Perajin batik bersyukur, Gubernur anjurkan penggunaaan batik Kaltara

Perajin batik khas Kaltara yang juga pemilik Farida Gallery, Ainun Farida di Tanjung Selor, Kamis. Dokumen Media Relasi ZIYAP.

Tarakan (ANTARA) - Perajin batik bersyukur atas imbauan Gubernur Kalimantan Utara, Zainal Arifin Paliwang agar semua Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pegawai perkantoran menggunakan batik khas Kaltara

Hal tersebut sebagai bentuk kearifan lokal, menjadi berkah bagi para perajin batik. Sebab hal itu dinilai akan menumbuhkan perekonomian masyarakat.

"Saya mengucapkan alhamdulillah, bersyukur atas apa yang beliau (gubernur, red) sampaikan agar menumbuhkan kearifan lokal, yakni pakai batik khas Kaltara. Kearifan lokal beliau sangat luar biasa," kata Pemilik Bultiya Farida Gallery, Ainun Farida di Tanjung Selor, Kamis.

Seperti yang dikatakan perajin batik di Kabupaten Bulungan, Ainun Farida. Ia mengucap syukur, karena Gubernur Kaltara telah menjadikan batik sebagai ikon daerah yang harus dikenakan di hari-hari tertentu saat kedinasan.

Menurutnya, Gubernur Kaltara sangat peduli atas budaya lokal di Kaltara. Hanya saja dirinya tidak mengklaim batik yang dikerjakan menjadi satu-satunya batik di Kaltara.

Namun produksi yang dihasilkan batik perpaduan corak Bulungan Tidung Dayak, disingkat Bultiya, merupakan bagian batik yang ada di Bumi Benuanta.

“Menyebut batik Kaltara bukan hanya batik Bultiya seperti yang saya punya ini. Tapi ada batik Malinau, batik KTT, batik Nunukan dan batik Tarakan. Walaupun batik Bultiya berada di Ibukota Provinsi, ini menjadi bagian batik Kaltara," katanya.

Jika diminta untuk memenuhi pasar batik di Bulungan, perempuan yang duduk di kursi DPRD Kaltara ini pun menyanggupi.

Untuk corak sendiri memang menyuguhkan ciri khas tiga suku. Dia menjelaskan bahwa batik yang diproduksinya bisa dipadu-padankan dalam tiga corak bisa juga masing-masing dalam satu corak.

"Kalau ada yang mau dipadukan dalam corak Bultiya, kita akan buatkan, bisa juga sendiri," bebernya.

Untuk harga, memang dibanderol dengan harga variatif. Hal ini disesuaikan dengan tingkat kesulitan motif dan jenis kain. Di mana pengerjaannya masih menggunakan cara tradisional berupa melukis, untuk bahan kainnya masih didatangkan dari Jawa.

“Ikon kita burung Enggang yang dipakai oleh pak Gubernur sekarang. Harga variatif untuk batik, dari metode cap harganya Rp 400 ribu dan metode printing itu Rp 200 ribu perlembar," kata Ainun.

Secara historis, batik Bultiya sudah ada sebelum Provinsi Kaltara terbentuk, yakni tahun 2010, hanya saja batik khas Bulungan ini belum memiliki nama. Bultiya semakin naik pamor setelah diapresiasi oleh Bupati Bulungan Budiman Arifin kala itu di tahun 2012 ketika acara Birau.

"Atas besutan pak Budiman Arifin di tahun 2012 itu, beliau fokus betul dengan batik ini agar ditampilkan di acara Birau. Dari situlah lahir nama Bultiya karena memang belum punya nama," jelasnya.

Batik Bultiya dapat dikenali karena warnanya yang terang, umumnya batik Kalimantan memang memiliki warna yang mencolok. Batik Bultiya identik dengan warna kuning kunyit untuk Bulungan, warna biru muda untuk Tidung dan warna cokelat tua untuk Dayak.

"Batik Kalimantan itu pasti ngejreng. Berbeda dengan batik dari Jawa terkesan kalem, kebanyakan warna tanah yakni coklat dan putih.

Secara detail, makna kuning di batik Bultiya itu dari bunga kunyit yang banyak dipakai oleh suku Bulungan. Biasanya pada keraton Bulungan dan rumah tua di Tanjung Palas itu memakai motif bunga kunyit.
Baca juga: Gubernur Kaltara mengajak penggunaan batik khas Kaltara