Tarakan siapkan tim pendamping keluarga atasi stunting

id Pemkot

Tarakan siapkan tim pendamping keluarga atasi stunting

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk serta Keluarga Berencana (DP3APPKB) Pemkot Tarakan, Maryam. ANTARA/Susylo Asmalyah.

Tarakan (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk serta Keluarga Berencana (DP3APPKB) Pemkot Tarakan menyiapkan Tim Pendamping Keluarga atasi "stunting" atau kondisi gagal tumbuh pada balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis di Tarakan.

"Kami membentuk Tim Pendamping Keluarga untuk masing - masing kelurahan ada delapan kelompok, ada lima kelompok berdasarkan kepada keluarga yang ada di kelurahan," kata Kepala DP3APPKB Pemkot Tarakan, Maryam di Tarakan, Kalimantan Utara, Kamis.

Dia mengungkapkan bahwa didapati anak yang mengalami stunting di Tarakan meningkat, setelah adanya laporan masyarakat.

Tim Pendamping Keluarga salah satunya menemukan anak usia 2,6 tahun di kawasan Pantai Amal beratnya hanya 4,6 kilogram.

"inikan bukan gizi buruk tapi ini gizi kronis anak itu sampai melengkung badannya karena kelaparan. Jadi karena si anak setiap malam menangis jadi masyarakat kasihan setelah dicek terdapat gizi kronis," kata Maryam.

Kemudian ada juga dua anak di Kelurahan Karang Balik di RT 3 dan 4 dan satu anak di Kelurahan Karang Anyar Pantai.

Maryam mengatakan untuk kasus stunting di kawasan Pantai Amal pihak DP3APPKB langsung mendatangi lokasi, namun keluarga tidak mau anaknya dibawa untuk berobat dengan tidak punya biaya untuk merawat anak.

"Saya bilang, pak kami pemerintah hadir, saya paksa bawa anak bapak, anak ibu, setuju tidak setuju ini pemerintah sudah yang ambil alih Ternyata mereka tidak punya identitas dan itu yang mereka takutkan," katanya.

Selanjutnya orang tua anak tersebut dibawa ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) setelah selesai semua administrasi kependudukan, didaftarkan ke BPJS .

Namun belum sampai dua minggu orang tua memaksa anak itu pulang
alasan tidak ada biaya hidup di rumah buat anak - anak lain.

"Akhirnya dokter angkat tangan dan mereka buat pernyataan. Mekanismenya saat ini masing - masing puskesmas memantau anak - anak yan stunting," kata Maryam.

Sebelumnya Wali Kota Tarakan, Khairul mengimbau untuk perlunya memperhatikan pola asuh atau pola makan anak untuk pencegahan stunting.

"Perbaikan validasi data angka stunting, dan juga ketepatan alat ukur atau cara mengukur yang harus sesuai standar," kata Khairul.

Dia menyampaikan hal - hal tersebut yang perlu diperhatikan oleh Dinas Kesehatan dan posyandu dalam pencegahan stunting.

Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang diperoleh dari Kementerian Kesehatan, angka stunting Tarakan berada pada 25,9 persen.

Wali Kota meminta agar data ini dicermati mengingat angka kemiskinan di Tarakan sendiri relatif rendah.
Baca juga: Wagub berikan atensi penanggulangan kemiskinan dan penurunan stunting