Masjid Tertua Kaltara

id masjid tertua

Masjid Tertua Kaltara

Masjid tertua Kaltara

pemakaman sultan dan kerabatnya
pemakaman sultan dan kerabatnya



Tanjung Selor (Antaranews Kaltara) - Salah satu situs bersejarah yang masih kokoh berdiri di Kalimantan Utara adalah Masjid Sultan Muhammad Kasimuddin.


Masjid tertua di Kalimantan Utara dibangun semasa pemerintahan Kesultanan Bulungan, yakni Sultan Muhammad Kasimuddin (1901-1925).

Setelah meninggal, dia dimakamkan di halaman masjid sebelah barat, sedangkan makam di sekitarnya merupakan makam keluarga raja.

Pemugaran Masjid Kasimuddin dilaksanakan oleh Proyek Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Kalimantan Timur dari tahun anggaran 1992/1993-1993/1994.

Luas lahan Masjid Kasimuddin 3.560,25 m2, dan luas bangunan 585,64 m2.

Bangunan masjid terbuat dari kayu dan beton, berbentuk bangunan semi permanen. Dinding bangunan terbuat dari papan kayu ulin.

Bangunan ruang utama mempunyai beberapa tiang penyangga yang terdiri dari empat tiang utama/saka guru dengan penampang segi empat, tinggi 11,15 m. Duabelas tiang pembantu dengan penampang segiempat tinggi 8 m mengelilingi tiang utama.

Masjid yang masih mempertahankan atap menggunakan "sirap" atau papan ulin tipis itu tidak mempunyai jendela.

Sedangkan pintu masuknya 11 buah yang terletak disekeliling bangunan. Bangunan pengimaman mempunyai kekhususan pada ruangan dan atapnya.

Ruang tersebut berukuran 3,60 x 2,80 meter dengan bentuk segi lima. Dinding semi permanen terdiri atas bagian bawah setinggi satu meter terbuat dari pasangan ubin/tegel bermotif dengan warna hijau papan kuning, dinding atas terbuat dari bahan papan kayu ulin.

Ruang depan pengimaman/mihrab dipasang kaca berwarna putih bening dan bagian atasnya dipasang kaca berwarna hijau yang mengelilingi ruangan tersebut.

Jendela-jendela kaca ini berfungsi sebagai alat penerangan ruangan masjid.

Di ruang pengimaman terdapat enam tiang berfungsi sebagai penopang atap. Atapnya tidak bersusun tiga, melainkan hanya satu dan lebih pendek daripada atap bangunan induk. Atap pengimanan ini berbentuk segi delapan.

Puncak kubahnya seperti bangunan induk, makin keatas atap kubah makin mengecil/meruncing dan pada ujungnya terdapat sebuah mahkota yang terbuat dari kayu ukir khas melayu atau nuansa Islam, yakni ukiran daun dan bunga.


Berdasarkan penuturan saksi sejarah bahwa pembangunan masjid tersebut juga melibatkan warga Bulungan yang bergotong royong membersihkan lahan serta saat pemancangan tiang ulin tersebut. Para kaum wanita juga antusias membantu membangun masjid meski hanya pada pekerjaan ringan, termasuk menyiapkan makanan.

Masjid yang menjadi situs cagar budaya ini menjadi salah satu obyek wisata relegius dan sejarah.