New York (ANTARA) - Harga minyak turun sekitar satu persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), di tengah kekhawatiran baru tentang permintaan minyak mentah yang dijepit oleh dampak ekonomi dari wabah Virus Corona, sementara OPEC dan produsen sekutu tampaknya tidak terburu-buru mengekang produksi.
Tanda-tanda terbaru infeksi di luar episentrum Provinsi Hubei di China mendorong aksi jual di pasar keuangan, ketika para pembuat kebijakan G20 melakukan perjalanan ke Arab Saudi untuk melakukan pembicaraan tentang ekonomi global.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April sempat jatuh lebih dari dua persen sebelum menetap turun 81 sen atau 1,4 persen, pada 58,50 dolar AS per barel.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret ditutup 50 sen lebih rendah atau 0,9 persen, menjadi 53,38 dolar AS per barel.
Kedua acuan berada di jalur untuk kenaikan mingguan kedua berturut-turut, dengan Brent naik dua persen dan minyak mentah AS (WTI) naik 2,6 persen, karena kekhawatiran tentang dampak virus pada permintaan berkurang pada awal minggu dan setelah penambahan stok minyak mentah AS yang lebih kecil dari perkiraan.
"Aman untuk mengatakan bahwa ketidakpastian (seputar Virus Corona) telah kembali dengan kuat," kata Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank, Ole Hansen.
"Kita harus mengakui bahwa kita berurusan dengan guncangan permintaan terbesar sejak krisis keuangan ... Sampai kita melihat China kembali bekerja, virus akan menjadi fokus utama.
Baca juga:Ekonom: Ekonomi RI berpotensi turun 0,09 persen terdampak virus Corona
Baca juga:BI: Triwulan I ekonomi tumbuh di bawah 5 persen, terdampak Corona
Dalam tanda terbaru dari goncangan ekonomi, aktivitas bisnis AS di sektor manufaktur dan jasa terhenti di Februari.
Kekhawatiran atas virus ini sebagian besar telah mempersuram risiko-risiko untuk memasok, termasuk blokade terbaru di Libya, kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.
PBB mengatakan pembicaraan gencatan senjata kembali di jalur antara pasukan yang berebut ibu kota Libya. Sementara itu, Houthis Yaman mengatakan mereka telah menyerang fasilitas raksasa minyak Saudi, Aramco di pelabuhan Yanbu, Laut Merah.
Moya dari OANDA juga menunjuk tanda-tanda bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak mungkin mengurangi pasokan lebih lanjut.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan pada Kamis (20/2/2020) bahwa para produsen memahami tidak lagi masuk akal untuk bertemu sebelum pertemuan yang direncanakan pada Maret.
"Kekhawatiran Saudi dan Rusia sedang berjuang untuk menyepakati tanggapan yang tepat terhadap kenhancuran permintaan yang telah diciptakan Virus Corona, menekan harga," kata Moya.
"Pasar mulai ragu kita akan melihat 600.000 barel per hari penuh dalam pemotongan tambahan (OPEC+)."
Di Amerika Serikat, jumlah rig minyak, indikator produksi di masa depan, naik untuk minggu ketiga berturut-turut. Pengebor menambahkan satu rig minyak minggu ini, sehingga jumlah totalnya menjadi 679 rig, tertinggi sejak minggu 20 Desember, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.
Baca juga:Harga emas melonjak 28,3 dolar, dipicu khawatir ekonomi global jatuh
Baca juga:Dolar melemah tertekan data ekonomi yang mengecewakan, yen "rebound"
Baca juga:IHSG akhir pekan ditutup jatuh 60,23 poin, dipicu aksi ambil untung
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Berita Terkait
AS kecewa China tolak penyelidikan asal usul COVID-19
Jumat, 23 Juli 2021 16:04
Catatan Ilham Bintang - Penanganan virus COVID-19 di Selandia Baru
Senin, 19 Juli 2021 10:07
WHO sebut secara global varianCOVID Delta jadi dominan
Sabtu, 19 Juni 2021 14:32
Menteri Kesehatan ingatkan tiga varian virus corona sudah masuk ke Indonesia
Rabu, 19 Mei 2021 21:01
Kemenkes: tiga varian baru virus lebih cepat menular telah di Indonesia
Rabu, 5 Mei 2021 3:27
Belum tuntas pandemi COVID-19, ada lagi ancaman Virus Nipah
Jumat, 29 Januari 2021 5:23
WHO nilai belum perlu peringatan keras atas varian baru virus corona
Selasa, 22 Desember 2020 13:49
Benarkah oleskan minyak kayu putih di masker bunuh virus corona?
Kamis, 3 Desember 2020 22:26