Dokter spesialis ortopedi Asa Ibrahim Sp.OT menyebutkan wanita yang mengalami menopause (berhenti haid) bisa menurunkan kepadatan tulangnya sehingga menyebabkan osteoporosis.
"Wanita biasanya setelah mengalami menopause atau berhenti haid banyak hormon-hormon pembentukan tulang yang tidak dikeluarkan lagi sehingga kalau dilihat kepadatan tulangnya itu cepat sekali turunnya," ucapnya dalam diskusi mengenai osteoporosis yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan wanita sangat rentan mengalami osteoporosis setelah menopause, sedangkan pada pria lebih terlindung dari osteoporosis karena kepadatan tulangnya menurun secara perlahan.
"Untuk laki-laki karena tidak mengalami menopause kecenderungan penurunan kepadatannya lebih pelan-pelan, yang biasanya mulai nampak pada usia 65 sampai 70 tahun," ucapnya.
Namun menurut Asa, osteoporosis tetap jangan disepelekan meskipun tidak ada gejala yang dirasakan. Karena osteoporosis merupakan salah satu silent killer atau penyakit yang tidak menunjukkan gejala, namun bisa parah jika sudah terjadi komplikasi.
"Tahu-tahu dia kepleset patah tulang, bungkuk punggungnya udah bengkok, mengangkat barang tulangnya patah, biasanya gejala muncul pada kasus yang sudah komplikasi," ucapnya.
Osteoporosis juga pintu masuk berbagai macam penyakit seperti kerusakan sendi dan saraf terjepit akibat pengeroposan tulang.
Penurunan kepadatan tulang ini juga bisa disebabkan karena penyakit terdahulu yang menyebabkan hormon kepadatan tulang berkurang seperti penyakit gagal ginjal, kerusakan otak dan tiroid. Hal ini dinamakan osteoporosis sekunder.
"Orang yang mengalami kerusakan ginjal, kerusakan otak dan hormon tiroidnya, itu ada hormon yang tidak dikeluarkan, dampaknya tulangnya akan keropos karena kekurangan hormon tersebut," ucap dokter lulusan Universitas Gajah Mada ini.
Sementara jika osteoporosis terjadi karena faktor usia dan cenderung terjadi pada usia 50 tahun ke atas serta tidak ada penyakit yang mendahului, maka disebut dengan osteoporosis primer.
Dokter yang berpraktik di RS Awal Bros Panam ini mengatakan saat masih muda perlu untuk meningkatkan kepadatan tulang. Karena perjalanan kepadatan tulang manusia bertahap sampai usia 30 tahun.
"Jadi dengan minum susu, aktivitas fisik, makan vitamin D kemudian kena cahaya matahari atau berjemur dan sebagainya akan membentuk peningkatan kepadatan tulang sampai nanti sekitar usia 30 tahun," ucap Asa.
Diharapkan saat mencapai usia 50 sampai 70 tahun tulang tidak mudah keropos meskipun kepadatan tulang sudah berkurang.*
AkupunturDokter spesialis akupuntur di RSCM Kencana dr Yoshua Viventius, SpAk mengatakan akupuntur bisa menjadi pilihan untuk membantu mengurangi keluhan nyeri pada wanita menopause.
"Sering dijumpai pada menopause itu nyeri. Mereka sudah minum obat antinyeri tapi punya alergi, lalu datang ke akupuntur dan nyerinya dapat berkurang," kata dia dalam peringatan Hari Menopause Sedunia 18 Oktober 2022 yang juga siarkan secara langsung oleh RSCMKencana, Selasa.
Yoshua mengatakan, pada kondisi menopause terjadi perubahan hormonal yang ditandai salah satunya dengan perubahan emosi, misalnya pasien lebih mudah marah dan mengalami gangguan tidur seperti insomnia. Menurut dia, akupuntur dapat berperan di sini untuk mengontrol emosi dan membantu pola tidur pasien.
Baca juga: Seks lebih sering kurangi risiko menopause dini
Beberapa laporan terbaru menyebutkan menopause dapat menyebabkan nyeri sendi yang dapat mempengaruhi lutut, bahu, leher, siku, atau tangan. Seiring berjalannya waktu, seorang wanita mungkin mulai menyadari merasakan lebih banyak rasa sakit dan nyeri di area tersebut daripada sebelumnya.
Menurut pakar kesehatan, ini karena hormon estrogen yang membantu mengurangi peradangan menurun, menyebabkan peradangan dapat meningkat, memunculkan ketidaknyamanan dan radang sendi terkait menopause.
Dalam kesempatan itu, dokter kebidanan dan kandungan di RSCM Kencana dr Mila M, SpOG(K), FER, PhD mengatakan menopause merupakan kondisi saat seorang perempuan selama setahun tidak mengalami menstruasi. Kondisi ini diawali siklus menstruasi yang memanjang yakni biasanya dua hingga tiga bulan, lalu akhirnya berhenti haid selama setahun.
"Rata-rata usia 50 tahun sampai 51 tahun ke atas," kata dia.
Pada kondisi khusus, semisal gagal ovarium dini dan menjalani kemoterapi, pasien dapat mengalami menopause lebih awal. Menurut Mila, kondisi ini dapat menempatkan pasien berisiko terkena osteoporosis.
"Ini terutama terkait hormon estrogen, karena salah satunya pada perempuan hormon ini berfungsi untuk balance antara pembongkaran dan pembentukan tulang," tutur Mila.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dokter sebut menopause bisa sebabkan osteoporosis