Tanjung Selor (Antara News Kaltara) - Gubernur Kalimantan Utara Dr H
Irianto Lambrie mengatakan mata pencaharian penduduk Indonesia termasuk
Kaltara, 60 persennya dikuasai sektor mata pencaharian petani . Karenanya
sektor pertanian punya andil besar terhadap perekonomian nasional.
Namun, lanjut Irianto harus diakui, sektor pertanian Indonesia masih
sedikit tertinggal dengan pertanian di semenanjung Skandinavia di Eropa.
Pengalaman di negara-negara semenanjung itu seperti Norwegia dan Swedia, sektor
pertanian yang membuatnya menjadi negara maju.
"Petaninya tangguh dan kuat. Produktif, melaksanakan perubahan
dan memanfaatkan teknologi. Mereka mau disiplin dan merubah cara kerja dan
mindset. Mental itu yang harus dimiliki para petani di Kaltara agar mampu
meningkatkan kesejahteraannya," ujarnya.
Norwegia saja sebut Irianto menjadi salah satu pengekspor ikan
salmon terbesar di dunia. Tiap tahun nilainya mencapai USD 5 miliar atau setara
65 triliun rupiah. "Penghasilan itu 70 persen dari sektor migas
kita," sebutnya.
Di Finlandia lanjutnya, petani kehutanan juga sudah sangat maju.
Mereka mampu mengekspor pohon pinus. Swedia juga demikian. Sementara di Asia,
negara maju dan kuat pertaniannya yaitu Thailand dan menyul Vietnam. Cina juga
mampu membangun pertanian untuk mendukung pangan 1,5 miliar rakyatnya. Begitu
juga dengan Jepang yang sudah pakai sistem rumah kaca.
"Petani di sana rata-rata punya 2 mobil. Lahan pertaniannya
hanya 300 meter persegi. Petani Jepang bisa menghasilkan tomat
berton-ton," ujarnya.
Oleh karenanya, kemajuan sektor pertanian sebut Irianto bukanlah
bertumpu pada ketersediaan sumber daya alam yang melimpah semata. Menurut
survei bank dunia kata dia 40 persen keberhasilan ditentukan oleh kreativitas.
Disusul jejaring dan penguasaan teknologi. Sumber daya alam hanya menyumbang 10
persen keberhasilan.
"Mari kita sama-sama membangun dan mendorong diri untuk
membangun inovasi. Kita lihat pertanian di Bali, Sukoharjo, Jawa Timur, dan
Jawa Barat juga cukup maju. Padahal luas lahannya sedikit," ujarnya.
Dengan beberapa keberhasilan negara-negara dan daerah di Indonesia
itu, tidak ada alasan bagi Kalimantan Utara tak maju pertaniannya. Didukung
keunggulan komparatif yang tidak dimiliki di daerah lain berupa lahan yang
masih luas, petani sebut Irianto perlu bekerja keras dan bekerja cerdas
memanfaatkan teknologi dan mau berinovasi.
"Seperti di Krayan, sudah bisa menikmari internet dari
tower-tower yang dibangun pemerintah. Mesyarakat mesti memanfaatkan itu untuk
meningkatkan produkrifitas pertaniannya," ujarnya.
Ia juga mengajak bupati/walikota memberi perhatian terhadap kemajuan
sektor pertanian di daerahnya. "Bagaimana dalam 5 tahun kepemimpinan
bupati/walikota harus memberi bekas. Kita mesti mewariskan kesejahteraan, bukan
kemiskinan," sebutnya.
Pemprov Kaltara, lanjut Irianto terus berbenah salah satunya
prioritas pembangunan diarahkan kepada pembangunan infrastruktur. Seperti
halnya di kawasan perbatasan telah dibuka beberapa ruas jalan baru yang bahkan
melalui kawasan pertanian.
"Kita kan membangun jalan. Jalan-jalan yang diusulkan itu
memang melewati kawasan pertanian. Tetapi kan tidak sekaligus bisa jadi. Jalan
di Kaltara berbeda dengan jalan di provinsi yang sudah maju. Kita harus membuka
hutan, konturnya bergunung-gunung. Kemudian dimatangkan, perkerasan, lalu
diaspal. Kalau di Jawa itu bisa selesai 1 tahun, di sini bisa sampai 2 tahun,"ujarnya.
Irianto mengatakan selama
tahun 2016 ada 192 kilometer jalan baru yang berhasil dibuka dan perlu
ditingkatkan hingga menjadi agregat. Selebihnya juga membutuhkan jembatan agar
antar ruas tersambung. Pembukaan jalan baru tersebut menghabiskan dana APBD Rp
35 miliar, dengan alokasi di antaranya jalan dari Long Apung menuju Sungai
Barang, dan Sungai Boh. Ada pula pembangunan jalan dari Long Nawang ke Tapak
Mega (Batas Negara). Kemudian dari Malinau ke Binuang sampai ke Long Bawan.