Pakar UGM soroti tingginya IPM Kaltara

id Pakar ugm awaluddin

Pakar UGM soroti tingginya IPM Kaltara

Awaluddin, peneliti Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM di Yogyakarta saat diwawancarai (ANTARA/iskandar Zulkarnaen)

Yogyakarta (ANTARA) - Pakar ekonomi dan kebijakan publik Universitas Gajah Mada (UGM) Awaluddin menyoroti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalimantan Utara yang tertinggi kedua di Kalimantan.

Awaluddin yang juga peneliti Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM di Yogyakarta, akhir pekan lalu menjelaskan IPM merupakan indikator penting dalam mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas masyarakat.

Data itu penting karena bisa mencerminkan kinerja pemerintah daerahnya.

Selain itu IPM juga menentukan level pembangunan suatu wilayah atau negara.

Hal itu disampaikan saat 22 wartawan Kalimantan Utara mengunjungi desa wisata Kampung Flory Sleman dan pelatihan "capacity building" wartawan ekonomi Kalimantan Utara oleh Bank Indonesia Kaltara di Yogyakarta.

Sebagai provinsi baru, ia menilai dari IMP ini menunjukan kinerja sangat bagus.

Pasalnya, IPM ditentukan oleh kemampuan ekonomi KalimantanUtara (daya beli masyarakat), terkait harapan hidup atau standar hidup layak (kesehatan), serta tingkat kecerdasan penduduk Kaltara(pendidikan).

Ia memperlihatkan data BPS, pada 2013 --tahun awal terbentuknya Provinsi Kalimantan Utara-- nilai IPM Kaltara 67,99 dan masuk kategori sedang.

Setahun kemudian IPM jadi 68,64.

Sedangkan 2018 atau enam tahun sejak Kaltara terbentuk, IPM Kaltara telah mencapai 70,56 atau nomor dua setelah Kaltim untuk wilayah Kalimantan.

IPM menjelaskan penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

IPM diperkenalkan olehUnited Nations Development Programme(UNDP)
pada 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunanHuman Development Report(HDR).
Pemateri acara itu masing-masing dari Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltara Kalimantan Utara Hendik Sudaryanto, peneliti Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM Awaluddin dan Redpel Tempo Yandhrie Arvian. (ANTARA/iskandar Zulkarnaen)