Tarakan (ANTARA) - Menteri Sosial Republik Indonesia Tri Rismaharini dianugerahi gelar
Adji Nasyrah Maliha bermakna pemimpin yang berwibawa, pengayom, pelindung dan bijaksana dari Lembaga AdatBulungan, Kalimantan Utara.
Pemberian gelar tersebut disampaikan Ketua Pemangku Adat Bulungan, Datu Buyung Perkasa pada Risma saat berkunjung ke Rumah Raya, salah satu situs bersejarah di Tanjung Palas, Bulungan, Kamis.
Rumah tersebut merupakan kediaman eks Wirabumi/Pemangku Sultan Kesultanan Bulungan almarhum Datu Masyur
"Pemberian gelar merupakan kesepakatan lembaga adat atas prestasi dan jasa Ibu Risma sebagai Mensos dan anggota Komisi VI DPR RI, Deddy Yevri Hanteru Sitorus sebagai salah satu wakil rakyat dari Kaltara di pusat dinilai banyak berbuat untuk Kaltara," kata Datu Buyung.
Selain itu gelar tersebut adalah doa, agar Risma dan Dedy Sitorus berbuat lebih baik serta bisa menjalankan tugas dengan amanah.
Dedy Sitorus mendapat gelar Wira Duta Laksmana artinya pemimpin berwibawa, pengayom, gagah berani dan utusan terpercaya.
Sementara itu, Mensos Tri Rismaharini menyampaikan pantun yang bunyinya dedur belungon beselimpung, tak lapuk karena hujan, tak lekang karna panas. Zaman boleh berputar tapi adat budaya harus lestari.
"Sebagai sebuah bagian dari aset nasional harusnya dipelihara dan dijaga," kata Risma.
Selain dianugerahi gelar oleh Kesultanan Bulungan Risma juga sempat ikut melenggang tari Belundi.
Tari Belundi dulu era kesultanan adalah tarian jenaka sambil menari dan berbalas pantun menggunakan bahasa Bulungan dan bahasa Kayan.
Setelah nyaris punah, untuk pertama kali dihidupkan lagi pada Birau untuk merayakan HUT ke-61 Bulungan dan ke-231 Tanjung Selor.
Tari Belundi adalah tari kebersamaan, persatuan yang kokoh dalam satu kesatuan suku yang ada di Bulungan.
Dimana setiap langkah kaki dan gerakan tangan serta penari membentuk satu lingkaran menggambarkan sesuatu yang berkesinambungan atau tidak pernah putus antara satu dengan yang lainnya.
Tari Belundi atau tari Pinang Sendawardiciptakan oleh Datu Perdana sekitar1940-an, awal syair berbahasa Kayan dan Melayu, setelah itu digubah dalam Bahasa Bulungan dengan judul lagu "Pinang Sendawar"
Pada tahun 1962 tarian ini ditampilkan pada acara "Genop Telu Malom" (genap tiga malam) pernikahan Datu Abdul Aziz dan Pengian Laila.
"Kita adalah satu kesatuan yang bersama-sama dalam berbuat kebaikan, meraih keberhasilan bersama dalam kegembiraan tanpa adanya perbedaan," kata Ainun salah satu penari yang menyampaikan falsafah Belundi.
Baca juga: Kepala Desa di Bulungan Keluhkan Data Bansos Kepada Mensos
Berita Terkait
Mensos RI Kembali Kunjungi Kaltara
Minggu, 5 November 2023 5:31
Wali Kota Tarakan : Program ATENSI memberikan dampak lebih baik
Rabu, 25 Januari 2023 19:05
Mensos Serahkan Bantuan Pada Korban Banjir di Sembakung
Senin, 10 Januari 2022 13:13
Mensos Siapkan Transportasi Untuk Penyaluran Bansos di Kaltara
Jumat, 29 Oktober 2021 21:04
Kepala Desa di Bulungan Keluhkan Data Bansos Kepada Mensos
Kamis, 28 Oktober 2021 20:57
Mensos minta Pemda evaluasi DTKS, ada penerima bansos ganda
Kamis, 1 April 2021 4:21
PDIP tanggapi tawaran Risma jadi Mensos
Selasa, 15 Desember 2020 13:40
Pengamat: Menteri korupsi, kepercayaan publik terhadap parpol turun
Minggu, 6 Desember 2020 18:37