Telaah - Antara musik dan pemuda, gaya baru tangkal virus radikalisme

id Bnpt,Fkpt,Terorisne,Radikalisne,Gaya baru ,Asik bang,Telaah,Datu iskansar zulkarnaen

Telaah - Antara musik dan pemuda, gaya baru tangkal virus radikalisme

Telaah - Antara musik dan pemuda, gaya baru tangkal virus radikalisme.Kampanye antipaham kekerasan melibatkan generasi muda di Kaltara oleh BNPT dan FKPT Kaltara di Tarakan, baru-baru ini. (ANTARA/iskandar Zulkarnaen)

Tanjung Selor (ANTARA) -
Perilaku masyarakat, khususnya generasi muda, mengalami perubahan bersamaan dengan kemajuan teknologi informasi sehingga dunia kini bak tanpa sekat, yang dampaknya bisa membawa hal positif dan negatif termasuk meluasnya paham kekerasan itu.

Laporan Digital Indonesia 2022 menyebutkan, dari 204 juta pengguna internet, sebanyak 191,4 juta orang adalah pengguna aktif media sosial atau 68,9 persen dari total penduduk sekitar 277 juta.

Waktu yang dihabiskan dalam satu hari bagi warga yang berusia 16-64 tahun, menurut laporan itu, mencapai 3 jam 17 menit untuk berselancar di media sosial.

Durasi ini jauh lebih lama ketimbang menonton televisi siaran ataupunstreamingyang hanya 2 jam 50 menit, apalagi dengan melahap media cetak seperti suratkabar dan majalah, termasuk versionlinemedia, yang hanya 1 jam 47 menit.

Konsumsi waktu paling sedikit di antara media massa adalah siaran radio yang hanya dinikmati selama 37 menit.

Secara khusus, berdasarkan indeks potensi radikalisme survei nasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme tahun 2020, dari pengakses internet sebanyak 75,5 persen, dari Gen Z (lahir 1981-2000) mencapai 93 persen, GenMilenial(1981-2000) 85 persen, dan Gen X (1965-1980) 54 persen.

Hasil survei 2019 menyebutkan bahwa Gen Z yang mencari konten keagamaan mencapai 77 persen.

Dari 77 persennetizenmencari konten keagamaan--sesuai survei 2019 itu--mayoritas platform digital yang dibuka adalah YouTube, mencapai 77 persen. Adapun durasi melihat konten keagamaan via YouTube rata-rata 30 menit, artinya mereka tidak utuh dalam memahami konten keagamaan itu.

Beberapa kasus, pelaku aksi teroris terpapar virus paham kekerasan atau antikemanusiaan itu dari dunia maya.

Salah satu contoh, kasus penyerangan Mabes Polri pada 30 Maret 2021 oleh seorang wanita tergolong Gen Z --kelahiran 1995 atau saat itu berusia 26 tahun-- diperkirakan terpapar virus melalui dunia maya dan menjadi seoranglonewolf, memilih jalan "jihadis", yang diduga bagian dari jaringanISIS(Negara Islam Irak dan Suriah).

Baca juga: Telaah - Cegah radikalisme di ruang pendidikan dan dunia maya
Baca juga: Telaah - Potensi radikalisme pada tahun politik dan pencegahan



Ancaman bagi pemuda

Pemuda selain menjadi agen perubahan, juga menjadi agen pembangunan, yakni memiliki peran dan tanggung jawab dalam upaya melancarkan atau melaksanakan berbagai macam pembangunan di berbagai macam bidang, baik nasional maupun daerah.

Fakta sejarah menunjukkan pemuda sangat mewarnai dalam berdiri kokohnya bangsa dan negara ini. Salah satu tonggak sejarah adalah pada 28 Oktober 1928 dengan dicetuskannya Sumpah Pemuda.

Sumpah Pemuda tercatat dalam sejarah sebagai bagian penting dalam perjalanan pergerakan Kemerdekaan Republik Indonesia yang dilakukan oleh para pemuda-pemudi Indonesia dengan menyatakan janji Satu Tanah Air, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa.

Dari fakta sejarah dan asa ke depan, posisi pemuda demikian strategis. Namun, harus diakui upaya untuk menghancurkan masa depan pemuda maupun menjadikannya sebagai alat untuk berbagai strategi melemahkan bangsa juga terus terjadi.

Bisa melalui penetrasi budaya asing agar dalam menjalankan ajaran agamanya bisa ekstrem kanan (pemahaman agama sangat kaku) dan ekstrem kiri (pemahaman agama sangat liberal).

Serangan terhadap generasi muda itu bisa juga melalui narkoba maupun paham-paham kekerasan atau antikemanusiaan.

Jika melihat beberapa data belakangan ini, penyebaran virus radikalisme dan terorisme terhadap generasi muda memperlihatkan indikasi tersebut. Misalnya, pada 17 Juli 2009, saat seorang pemuda yang baru berusia 18 tahun, Dani Dwi Permana, melakukan bom bunuh diri di Hotel J.W.MarriottJakarta.

SultanAzianzah, kelahiran 1994 di Jakarta atau kala itu berusia 22 tahun, tewas setelah menyerang pos lalu lintasCikokol, Tangerang, pada 20 Oktober 2016.

Ada lagi seorang pemuda berusia 24 tahukala itu,RabbialMuslimNasution, melakukan serangan bom bunuh diri dengan menerobos masukMapolrestabesMedan pada 13 November 2019.

Kasus lain, pemuda berusia 23 tahun,TendiSumarno, jadi pelaku terorisme dengan menusukBripkaFrencedi halaman markas Intel Brimob Kelapa Dua, Depok.Tenditewas ditembak di tempat usai melakukan penyerangan.

Paling menyita perhatian, tentu kasus bom yang mengentak di depan Gereja Katedral Makassar pada 28 Maret 2021 oleh pasangan suami istri kelahiran 1995 atau saat kejadian berusia 26 tahun yang tergolong Gen Z, yakniLukmandan Dewi.

Beberapa kasus ini, pelakunya juga diduga berafiliasi kepada kelompok teroris, antara lain, JamaahAnsharutDaulah(JAD) dan jaringanISIS.

Baca juga: Telaah - Mengapa wanita muda sasaran teroris untuk digaet jadi anggota ?
Baca juga: Telaah - Pencegahan radikalisme di ujung negeri



Gaya baru

Badan Penanggulangan Pencegahan Terorisme (BNPT), lembaga negara yang mendapatkan mandat melaksanakan penanggulangan terorisme dengan mengoordinasikan seluruh kementerian dan lembaga, terus berupaya menekan kejahatan luar biasa tersebut dengan berbagai program dan inovasi.

Guna merangkul generasi muda, berbagai strategi, inovasi, dan program dijalankan BNPT, termasuk menyosialisasikan gaya barudalam menangkal virus radikalisme melalui Aksi Musik Anak Bangsa (Asik Bang) yang digelarBNPTdi 34 daerah melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) setiap provinsi.

Pendekatan gaya baru dengan merangkul pemuda melalui musik atau disebut "Asik Bang" ini juga digelar diMalabarKafe Tarakan Kalimantan Utara, belum lama ini.

Secara teknis, pola musik digelar sebagai festival bagi pemusik-pemusik lokal diKaltara.

Cara sosialisasi “Asik Bang” sebagai metode baru yang dilakukanBNPTadalah pendekatanhumanisdalam menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan dan peran generasi muda sebagai agen perubahan dan pembangunan.

Melalui acara tersebut juga disisipkan pesan-pesan tentang ancaman nyata dari bahaya radikalisme dan terorisme.

Direktur PencegahanBNPTBrigjen Pol. H.AkhmadNurwakhidmenjelaskan bahwa program yang bergulir di34 provinsi dianggap mampu menurunkanindeks potensi radikalisme.

Misalnya, pada 2019indeks potensi radikalisme mencapai 38,4 persen dan menjadi 12,2 persen pada tahun 2022. Harapannya semoga bisa turun menjadi 5 persen pada tahun-tahun mendatang.

BNPT menyebutkan bahwa seni budaya, termasuk musik, masuk dalam salah satu pendekatan pencegahan radikalisme dan terorisme melalui kebijakanpentaheliks.

Pendekatanpentaheliks melibatkanmultipihakdari pemerintah, akademisi, media, pengusaha, dan juga dari komunitas maupun organisasi kemasyarakatan, baik itu keagamaan maupun pegiat seni budaya.

Pendekatan dengan musik dan budaya dilakukan karena radikalisme dan terorisme yang selama ini menjiwai teroris memiliki karakter anti-seni, anti-budaya, serta menolak kearifan lokal.

Kegiatan “Asik Bang” merupakan wujud nyata keterlibatan masyarakat dalam upaya kampanye pencegahan terorisme yang selama ini sudah dilakukan.

Pendekatanpentaheliksyang merupakan perluasan dari strategitriple-helixdengan melibatkan berbagai unsur masyarakat maupun lembaga-lembaga nonprofit dalam rangka mewujudkan inovasi, yang menjadi ujung tombak programBNPTmelaluiFKPT.

Dengan demikian, “Asik Bang” sebagai satu kampanye pencegahan tersebut dapat menjangkau khalayak yang lebih luas.

Melalui kolaborasi tersebut diharapkan terwujud suatu inovasi yang didukung oleh berbagai sumberdaya yang berinteraksi secara sinergis.

Festival musik “Asik Bang” setelah bergulir di sejumlah daerah, pada 22 November 2022
berakhir di Manad, Sulawesi Utara, yang berarti telah mencakup 34 provinsi untuk tahun ini.

Yang terpenting, pesan tersampaikan kepada pemuda yang terlibat langsung dalam festival musik maupun audiens. Pesan itu adalah virus paham kekerasan atau antikemanusiaan serta ancaman radikalisme dan terorisme yang nyata adanya.

Mengingat, masih ada yang menganggap bahwa radikalisme dan terorisme itu sekadar omong kosong, tak nyata, atau hanya sebuah konspirasi.

Selain itu, “Asik Bank” juga bertujuan memperkokoh karakter generasi muda dengan Empat Pilar Kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, sertaBhinikaTunggalIka.

Pilar kebangsaan itulah yang dulu diperjuangkan para pemuda dan tetap menjadi kekuatan bangsa hingga hari ini.


Baca juga: Telaah - Ini vaksin BNPT melawan virus radikalisme
Baca juga: Telaah - Hoaks, intoleransi dan moderasi beragama