Cukupkan Hari Ibu Dirayakan Setahun Sekali

id Hari Ibu Kaltara

Cukupkan Hari Ibu Dirayakan Setahun Sekali

Cukupkan Hari Ibu Dirayakan Setahun Sekali Seorang ibu warga pedalaman Kaltara

Oleh Iskandar Z Datu

Tanjung Selor (Antaranews Kaltara) - "Selamat Hari Ibu".

Ada nuansa psikologis yang seharusnya setiap 22 Desember menjadi sebuah momen istimewa dan "sakral" pada perayaan Hari Ibu, mengingat pembeda hari perayaan yang lain, jika terkait kasih sayang ibu dan anak berawal dari sebuah naluri yang menjadi berkah bagi setiap makhluk hidup.

Ironisnya, beberapa ibu yang ditemui mengaku tidak tahu kalau ada hari istimewa bagi mereka itu.

Sebagian lagi mengatakan bahwa jika memang ada hari ibu, maka yang mereka harapkan agar suami memahami peran istri atau ibu yang sebenarnya sebagian orang dipandang sebelah mata, padahal mereka bekerja penuh seharian, mulai dari membereskan rumah, menyiapkan peralatan sekolah anak, memasak serta berbagai peran ibu rumah tangga.

"Kalau bisa, pas Peringatan Hari Ibu, anak-anak mengurangi minta duitnya. Yang diharapkan para ibu tidak muluk-muluk, tetapi anak-anak rajin sekolah, tidak nakal serta berbhakti kepada orangtuanya," ujar Ibu Dewi --warga Tanjung Palas, Bulungan Kaltara-- sambil tertawa.

Adanya pandangan yang masih meremehkan peran ibu, diakui oleh Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie saat menghadiri Peringatan Hari Ibu ke-89 dan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-18 Dharma Wanita Persatuan (DWP) di Gedung Diklat Kabupaten Bulungan di Tanjung Selor, belum lama ini.

Ia mengingatkan tentang luar biasanya sosok ibu. Tidak ada manusia sehebat apapun, tanpa ada peran ibu.

Gubernur mengingatkan bahwa tokoh hebat di negeri ini lahir karena peran luar biasa sang ibu, termasuk Presiden Jokowi, dan negarawan lain, seperti BJ Habibie dan Susilo Bambang Yudhoyono.

Seharusnya para suami menghargai peran istri atau ibu anaknya. Sebaliknya, ingat mengingatkan ibu-ibu anggota DWP untuk selalu memberikan dorongan dan dukungan kepada para suami yang bekerja sebagai abdi negara.

Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda, saat seorang sahabat bertanya siapa yang patut kita sayangi, kita hormati. Ketika itu Nabi Muhammad SAW menjawab ibumu, ibumu, ibumu. Sampai tiga kali. Baru kemudian ayahmu.






Sejarah Hari Ibu



Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Yohana Susana Yembise melalui laman resmi Kemenppa mencatat bahwa Dekrit RI No.316 Tahun 1953, Presiden Soekarno menetapkan setiap 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu.

Peringatan itu bermakna mengingatkan kepada seluruh rakyat Indonesia terutama generasi muda akan makna Hari Ibu sebagai hari kebangkitan dan persatuan serta kesatuan perjuangan kaum perempuan yang tidak terpisahkan dari kebangkitan perjuangan bangsa.

Sejarah lahirnya Hari Ibu di Indonesia terkait diselenggarakan Kongres Perempoean Indonesia di Yogyakarta. Kongres yang diselenggarakan di Dalem Jayadipuran ini dihadiri oleh sekitar 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatera 22 Desember 1928.

Kongres berawal dari semangat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Tertular semangat pemuda, kaum perempuan terbakar semangatnya dan menyelenggarakan kongres. Kongres dimaksudkan untuk menggalang persatuan antarorganisasi yang saat itu cenderung bergerak sendiri-sendiri.

Saat kongres ketiga di Bandung pada 1938, diputuskan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.

Kemudian pada 22 Desember 1953 sekaligus peringatan kongres yang ke-25, Presiden Soekarno melalui Dekrit RI No.316 Tahun 1953 menetapkan setiap 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu.

Pada awalnya, peringatan Hari Ibu dirayakan untuk mengenangkan jasa dan semangat kaum perempuan dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan.

Namun dalam perkembangannya sekarang ini, Hari Ibu juga dirayakan untuk menghargai jasa ibu.

Di era digital, maka perayaan Hari Ibu mulai "terdengar gaungnya" karena banyak yang mengucapkan di Sosmed.

Melalui media sosial, maka banyak tahu tahu jika Hari Ibu itu ada.

Sebagian warga menganggap bahwa Hari Ibu kurang femiliar karena dari sisi budaya, bangsa Indonesia tidak punya tradisi merayakan hal-hal sosial itu.






Setiap Negara Berbeda



Jika di Indonesia setiap 22 Desember sebagai Hari Ibu, ternyata di dunia berbeda-beda, misalnya Perancis yang memilih minggu terakhir Mei sebagai momen Hari Ibu.

Hari Ibu di Spanyol dirayakan seminggu lebih awal dari Amerika dan tak ada perayaan khusus hanya sekedar memberi kado kecil untuk ibu.

Di Meksiko, Hari Ibu dirayakan pada 10 Mei setiap tahunnya. Jika dibandingkan dengan negara lain, maka perayaan di Meksiko ini paling meriah karena ada pentasnya jugaanak memberikan bunga kepada ibunya di meksiko

Lalu Argentina memilih minggu ketiga di bulan Oktober, sedangkan Lebanon memilih hari pertama musim semi sebagai Hari Ibu.

Sedngkan di Inggris perayaan Hari Ibu disebut "Mothering Sunday". Warga di Negeri Ratu Elizabeth merayakan pada hari Minggu tiga minggu sebelum paskah.

Mirip dengan perayaan Lebaran, maka menjadi momen bahagia saat anak untuk pulang dari perantauan untuk kumpul dengan keluarga.

Warga Amerika merayakan Hari Ibu yang dirayakan pada hari Minggu kedua bulan Mei. Sedikit unik perayaan di AS karena bukan sekadar penghargaan kepada Ibunda tapi bentuk juga untuk mengingat momen bersejarah.

Warga Paman Sam merayakan untuk mengenang tokoh perempuan Ann Jarvis terinspirasi oleh penyair Julia Howe yang memproklamasikan hari ibu sebagai aksi perdamaian.

Ann Jarvis mengajak perempuan untuk bekerja demi sanitasi yang baik pada masa perang dunia sehingga lahirlah "Hari Kerja Ibu" yang jatuh pada hari Minggu yang dianggap hari yang suci.

Di India, Hari Ibu diperingati selama 10 hari di bulan Oktober cukup meriah karena ada kartu ucapan hingga undangan makan-makan.

Tak kurang meriahnya perayaan Hari Ibu di Thailand karena setiap 12 Agustus mereka menggelar parade nasiona serta dirangkai dengan penghormatan kepada keluarga kerajaan.

Bagaimana di Indonesia, meskipun baru "heboh" di status sosial media, paling tidak menjadi sebuah momen agar terus menghormati dan menyayangi kedua orang tua,

Bagi para orangtua yang terpenting bagi mereka adalah melihat anaknya bahagia karena kasih sayang mereka seperti matahari.

Bukahkan ada pribahasa lama, "Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah".

Tanpa ada Hari Ibu pun, teruslah berupaya membahagiakan mereka.