Tanjung Selor (ANTARA) - Menjelang pelantikan Bupati Bulungan dan Wakil Bupati Bulungan 2021-2024, seperti napak tilas sejarah lahirnya Bulungan dengan digelar ritual Biduk Bebandung.
Dilaporkan di Tanjung Selor, Jumat sebelum pelantikan, Bupati Bulungan Syarwani menjalani prosesi adat Bulungan, di antaranya menaiki pendopo terapung, yakni Biduk Bebandung.
Sekitar 7.30 Wita, Syarwani usai doa selamat, diiringi hadrah shalawat menaiki Biduk Babandungatau secara harfiahbermakna "perahu kembar" itu untuk menyeberang Sungai Kayan dari Tanjung Palas ke Tanjung Selor.
Sesuai jadwal, Gubernur Kaltara Zainal A Paliwang melantik Syarwani dan Ingkong Ala pada 10.00 Wita.
Digelar prosesi Biduk Babandung seperti napak tilas datangnya seorang pemimpin yang membangun wilayah ini sebagai cikal bakal Kesultanan Bulungan.
Lagenda lahirnya masyarakat Bulungan terkait kedatangan seorang pangeran Melayu Brunei bernama Datu Lancang yang kemudian menikah dengan puteri Dayak jelita Asung Luwan.
Perkawinan Datu Lancang --sering juga disebut Datu Mancang-- dengan Putri Asung Luwan, diikuti oleh para punggawa pangeran dengan gadis-gadis Dayak itu yang dipercaya melahirkan bangsa Bulungan.
Kedatangan pangeran bersama Datu Mahubut (ulama) dan Datu Tantalangi (panglima) serta para hulubalang menaiki Biduk Babandung menyelusuri Sungai Kayan pada beberapa abad silam, kini terus dilestarikan sebagai prosesi menyambut tamu agung atau datangnya seorang pemimpin yang diharapkan bisa membangun daerah itu.
Prosesi Biduk Bebandung sudah ada sejak ratusan tahun silam pada zaman Kesultanan Bulungan.
Biduk Bandung digelar saat pesta budaya Birau atau penyambutan tamu agung.
Bupati Bulungan periode 2021-2024 ini didampingi oleh istri, Sri Nurhandayani saat pelantikan dilakukan dengan protokol kesehatan ketat dan tamu terbatas.
Sementara itu, tak terlihat ada kerumunan massa saat penggelaran prosesi Biduk Babandung apalagi usai pelantikan hujan deras mengguyur Tanjung Selor.
Baca juga: Bulungan di antara hikayat dan sejarah
Baca juga: Matra: berjuang melalui ketahanan budaya
Baca juga: Matra: Pesona budaya Bulungan Harus Dilestarikan